Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Essi nomor 236: Anjing? Yah ...

4 Juni 2021   05:22 Diperbarui: 4 Juni 2021   05:31 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Essi 236 -- Anjing? Yah ...  
Tri Budhi Sastrio
 
Jika ada binatang diapresiasi oleh banyak orang
     sebagai sangat setia,
Mungkin itu anjing, karena ia memang dikenal setia
     pada majikannya.
Selama sang majikan masih menyukainya, selama
     itu pula ini satwa
Akan menemani si majikan betapa pun buruk
     kondisi dan keadaannya.
Bahkan pada banyak catatan dan cerita, anjing
     sering kali dipuja-puja
Sebagai teman dan sahabat yang jauh lebih setia
     dibanding manusia.
Mungkin memang ada benarnya walau dapat saja
     ini hanya hiperbola.
Anjing sebagai binatang yang sangat setia
     memang banyak buktinya,
Tetapi manusia yang perilaku sikapnya setia juga
     banyak jumlahnya.
Anjing sangat setia, manusia juga sangat setia,
     walau yang namanya
Pengkhianat tampaknya jauh lebih banyak
     ditemui pada ras manusia.

Ada satu hikayat bercerita konon kabarnya
     anjing itu binatang pertama
Yang diperkenkan masuk ke surga, yah ... jika
     ini benar, inilah pertanda
Bahwa anjing penghuni surga tetapi karena ini
     hanya hikayat dan cerita,
Maka masalah kebenarannya biar nanti saja
     dibuktikan sendiri di sana.
Tapi yang berikut ini jelas tidak hanya sekedar
     hikayat, ini kisah nyata.
Lokasinya di kawasan Shibuya, Tokyo, kawasan
     ramai negeri sakura.
Seorang guru besar, tinggal di kawasan ini, dan
     setiap hari naik kereta.
Berangkat pagi pulang sore, begitulah setiap hari,
     kecuali libur tentunya,
Si guru besar berangkat ditemani anjingnya, hanya
     sampai stasiun saja.
Kereta berangkat anjing pulang, ia kembali lagi
     ke sana tepat pukul tiga.
Begitulah, berangkat pagi pulang sore, guru besar
     ditunggu anjing setia.
Bertahun-tahun berlalu hingga lama-lama menjadi
     pemandangan biasa.
Semua yang bermukim di kawasan sana dan naik
     kereta dari Shibuya,
Akhirnya paham juga ... berangkat pagi pulang sore,
     dua-duanya ada.
Si tuan naik kereta, anjing pulang dan ia baru
     kembali tepat pukul tiga
Ketika tuannya tiba ... sampai suatu ketika si
     anjing setia bingung juga.
Tuannya tak turun dari kereta pukul tiga,
     begitu juga kereta berikutnya.
Senja berlalu, malam tiba, dan kereta terus saja
     bergantian lewat sana,
Tetapi si guru besar tidak kunjung tiba ...
     satu hari, dua hari, hari ketiga,
Petugas di sana tergugah juga, ya pasti ada
     yang tidak beres desahnya.
Setelah mencari berita yah benar juga,
     profesor Ueno meninggal dunia.
Kerabat dekat yang dihubungi universitas
     memutuskan bawa beliaunya
Langsung ke rumah sakit dan dari sana
     diputuskan proses selanjutnya.
Membawa jenasah pulang ke apartemen
     memang tidak biasa di sana.
Kerabat dekat juga lupa bahwa ada Hachiko
     yang terus dengan setia
Menunggu tuannya di stasiun Shibuya, dan
     akibatnya tanpa disengaja
Hubungan bertahun-tahun diputus begitu saja,
     bahkan hebohnya cerita
Bagaimana si anjing setia berhari-hari hampir
     mati menunggu di Shibuya
Tidak sampai ke telinga mereka, yah mungkin
     ini memang kehendakNya.
Tetapi cerita tidak sampai di situ saja,
     si anjing setia - entah bagaimana,
Konon setelah berhasil dibujuk untuk makan
     oleh petugas stasiun kereta,
Ia berkenan pergi dan menghilang entah ke mana,
     tetapi setiap pukul tiga,
Selalu datang ke stasiun Shibuya menunggu
     tuannya sampai malam tiba.
Waktu terus berlalu, stasiun semakin ramai saja,
     tetapi si anjing nan setia
Laksana bunga sakura, tidak pernah lupa
     selalu datang setiap pukul tiga.
Rontok, kembang, mekar bergantian begitulah
     bunga sakura di Shibuya,
Dan tanpa terasa sembilan tahun berlalu sejak
     peristiwa petugas kereta
Berhasil membujuk si anjing setia lanjutkan
     hidup walau tanpa tuannya.
Kemudian ... satu peristiwa yang mungkin biasa,
     tetapi saat kejadiannya    
Jelas menggemparkan banyak warga Shibuya
     termasuk pemerintah kota
Ketika si anjing setia ditemukan tak bernyawa
     di jalan dekat stasiun kereta.

Setelah sembilan tahun tanpa jeda ke stasiun
     tunaikan tugas yang sama,
Tunai sudah tugas si anjing setia menunggu
     tuannya yang tak pernah tiba.
Guna menghormati kesetiaan si anjing yang
     tiada tara ... pemerintah kota
Berkenan membangun patungnya berdampingan
     dengan stasiun Shibuya.
Berkecamuknya Perang Dunia II di Jepang
     pernah hancurkan patungnya,
Tetapi mungkin mengingat jasa sang anjing setia
     kembali pemerintah kota
Bangun patungnya setelah perang usai ...
     kisahnya seabadi bunga sakura.

Kisah kesetiaan yang setara juga dapat
     ditemukan pada sejumlah negara.
Amerika, Skotlandia, Australia, Belanda,
     Polandia, dan bahkan Indonesia,
Mempunyai cerita guna menunjukkan betapa
     luar biasa setianya ini satwa.
Singkat kata satwa ini pada sejumlah budaya
     mendapat tempat istimewa.
Bahkan pada banyak keluarga posisinya
     dapat setara anggota keluarga,
Jika sakit diobati sebagai mestinya, dibawa
     ke dokter bukan hal langka.
Bahkan ketika meninggal dunia tidak jarang
     ada yang sedih berlama-lama.
Kalau tentang kisah dan cerita, yang dicetak
     atau ke layar perak aksinya,
Jelas tidak terbilang banyaknya dan pada
     umumnya banyak yang disuka.
Inilah sekelumit fakta dan realita guna
     menunjukkan betapa hebatnya ia.
Tetapi ... yah tetap saja telinga akan merah
     membara tanda tidak terima
Manakala negara apalagi bangsa tiba-tiba
     disamakan dengan ini satwa,
Apalagi niatannya memang mengolok-olok,
     merendahkan dan menghina
Seperti yang baru-baru ini dilakukan oleh
     pendukung sepak bola Malaysia.
Coba bayangkan jika lantunan kata bernada
     menghina bangsa dan negara
Indonesia itu Anjing ... Indonesia itu Anjing ...
     bergema keras membahana,
Berulang-ulang hampir sepanjang pertandingan
     mengoyak pendengarnya.
Tak hanya yang hidup yang membara, mereka
     yang telah tenang di sana,
Bisa juga murka tidak terkira-kira tanda tidak
     terima bagaimana ini bangsa
Eh ... dilecehkan begitu hebat justru oleh negara
     serumpun dan tetangga.
Indonesia itu bangsa ... Indonesia itu negara ...
     berdaulat serta merdeka,
Bagaimana bisa dilecehkan serta dihina
     disaksikan jutaan pasang mata,
Sementara para pejabatnya diam dan tenang-
     tenang saja, tuna reaksinya?
Jika Gadjah Mada dan Nala masih bernyawa
     mungkin sudah digempurnya
Kerajaan yang membiarkan rakyatnya seenaknya
     mengolok dan menghina.

Anjing memang binatang yang istimewa, pintar,
     cerdas, cekatan dan setia.
Tapi nama satwa ini dapat juga digunakan
     menembakkan makna berbeda,
Dan itulah yang sedang dilakukan oleh mereka,
     kurang ajar tidak beretika.
Tetapi sekarang memang sudah bukan jamannya
     Gadjah Mada atau Nala,
Menggempur dan perang terbuka hanya gara-gara
     pendukung sepak bola.
Perang senjata terbuka memang tidak boleh ada,
     tetapi perang dunia maya,
Perang kata-kata, perang moral dan etika,
     tetap boleh dilancarkan seketika,
Dan ... melalui catatan api murka perang
     dunia maya 'tuk penghina bangsa
Dinyatakan mulai dan akan terus membara
     sampai permintaan maaf terbuka
Diminta oleh mereka yang sadar bahwa para
     'kecoa' tidak pantas menghina.
Catatan ini juga akan disebar sehingga para
     duta mereka di seantero dunia,
Paham benar bahwa tak pada tempatnya
     para 'kecoa' rendahkan Indonesia.

Essi nomor 236 -- POZ04122012 -- 087853451949

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun