Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Kontemporer: Kabut Puncak Bromo

26 Februari 2021   17:44 Diperbarui: 27 Februari 2021   07:35 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Bromo (Sumber: ooaworld.com)

Sampai di sini sebenarnya aku telah melangkah terlalu jauh. Kalau sampai hitungan tiga habis dan tetap belum ada di antara mereka yang maju, matilah aku! Bagaimana aku berani menyeret dan kemudian menampar mereka? Dan kalau aku tidak berani melakukan itu, ya ampun, bagaimana pandangan mereka terhadap aku? Bukankah segala kegarangan dan keperkasaan yang ditunjukkan tadi akan raib dan hilang begitu saja?

Ya ampun, sesalku dalam hati, tetapi langkah yang telah diayun, susah ditarik kembali.

"Dua ...," aku berteriak melanjutkan hitungan, sedangkan hati kecilku terus menerus berdoa semoga ada di antara mereka yang berani angkat tangan dan kemudian maju. Kalau tidak, habislah aku hari ini!

Ketika kulihat tetap saja mereka semua terpaku di tempat, sementara aku bermaksud hendak mengulur waktu dengan gaya ancaman yang lain, dan bibirku sudah bersiap-siap membuka untuk melontarkan gertakan yang berikut, sekedar mencari kesempatan menyelamatkan mukaku sendiri, tiba-tiba seorang gadis yang berada di tengah kerumunan rombongan itu, yang sejak tadi tidak jelas kulihat mukanya, mengangkat tangan.

Kalau tidak sedang dalam suasana seperti itu, mungkin aku sudah melonjak kegirangan karenanya.

"Maju ke sini!" perintahku ketus. "Meskipun engkau kurang ajar dan tidak tahu sopan santun, tetapi boleh juga keberanianmu mengakui semua perbuatanmu dan ...."

Mulutku ternganga dan tidak mampu melanjutkan kata-kataku. Gadis yang mengangkat tangan tadi, yang sejak semula tidak kulihat jelas mukanya karena terhalang oleh teman-temannya, ternyata gadis yang tidak asing lagi. Bagaimana mungkin aku bisa melupakan gadis itu? Bagaimana mungkin aku bisa melupakan wajah itu? Wajah yang hampir persis sama seperti wajah mamanya!

Ya ampun, kalau tadi aku lega karena ada yang mengangkat tangan, sekarang malah sebaliknya. Aku malahan ingin gadis itu tidak mengangkat tangan dan tidak maju ke depan.

Dia adalah Rini, puteri tunggal bosku.

Rini mungkin tidak langsung ingat pada aku, tetapi aku? Bagaimana aku bisa lupa akan wajah itu? Aku yakin gadis manis ini adalah Rini. Tidak ada keraguan lagi. Hampir setiap hari aku bertemu dengan istri bosku, sehingga aku yakin dan tahu pasti akan bentuk dan raut mukanya. Begitu juga dengan gadis manis ini. Pasti ini Rini. Sedikit pun tidak ada perbedaan dengan wajah mamanya. Yang berbeda mungkin cuma sinar matanya. Kalau mamanya mempunyai sinar mata yang matang, gadis yang sekarang berdiri di depanku ini mempunyai sinar mata kekanak-kanakan tetapi keduanya sama-sama mempunyai sinar mata yang indah. Bahkan aku pernah melihat istri bosku tersenyum bukan saja dengan bibirnya, tetapi juga dengan matanya. Oh, alangkah indahnya!

Sekarang apa yang harus kukatakan? Apa yang harus kulakukan? Cepat atau lambat, gadis centil ini pasti tahu siapa aku dan kalau laporan ini sampai pada ayahnya, mati aku! Sebelum berangkat ke sini, aku memang tidak takut dipecat tetapi kalau aku teringat akan wajah manis istri bosku, aku sungguh-sungguh takut dipecat. Anda pikir apa sih yang bisa mengikat aku, orang yang senang akan kebebasan dan keindahan alam, bertahun-tahun mendekam di kantor yang menyesakkan nafas seperti kantorku itu? Uang? Karier? Sama sekali, bukan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun