Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Kontemporer: Jangan Mengukir Pelangi, Sayang!

25 Februari 2021   13:38 Diperbarui: 25 Februari 2021   13:41 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://paintingandframe.com/prints/vladimir_kush_the_rainbow-78384.html

"Tetapi...."

"Tidak ada tapi-tapian!" potong Citra cepat. "Kalau aku tahu sejak pertama engkau laki-laki yang tidak pernah melihat pelangi, tidak sudi aku menjadi kekasihmu! Akan kucari laki-laki yang tahu menghargai keindahan alam, yang pernah melihat pelangi dan tahu mengaguminya. Tidak seperti engkau, melihat pelangi saja tidak pernah tetapi ini mungkin masih bisa dimaafkan. Yang tidak bisa dimaafkan adalah engkau sama sekali tidak menghargai keindahan alam itu. Pelangi adalah titian keramat para dewa-dewi."

"Itu dongeng, nona manis!" kata Wahyu mulai tersenyum.

Rasa terkejut di hati Wahyu mulai hilang. Dia tadi memang terkejut setengah mati ketika Citra tiba-tiba saja memutuskan bagitu saja hubungan mereka. Baru setelah tahu latar belakangnya, dia bisa tenang. Bukan latar belakang yang gawat, yang perlu dicemaskan!

"Dongeng lututmu!" kata Citra kesal. "Itu bukan dongeng. Itu kenyataan. Pokoknya aku ....!"

"Baiklah!" potong Wahyu cepat. "Kau katakan itu bukan bukan dongeng, aku setuju tetapi apakah yang aku katakan tadi bukankah juga suatu kenyataan? Pelangi muncul karena ada penguraian sinar matahari oleh titik-titik air. Akan kubukakan buku fisika kalau engkau tidak percaya ini!"

"Aku tidak butuh buku fisika!" kata Citra ketus. "Pokoknya, kalau engkau tidak mau meminta maaf padaku dan mengakui keindahan pelangi, jangan harap aku mau bicara dengan engkau lagi!"

"Aku akan minta maaf kalau aku bersalah!" kata Wahyu mulai agak keras. "Sedangkan pengakuan akan keindahan pelangi, itu tergantung pada pribadi seseorang. Engkau tidak bisa memaksa seseorang untuk mengakui sesuatu itu indah atau tidak!"

"Jadi selama ini tidak merasa kalau bersalah!" tanya Citra.

"Ya!" jawab Wahyu.

Kedua pasangan muda ini saling membelalakkan mata. Mereka berdua tidak menyadari kalau beberapa orang mulai tertarik dengan suara mereka yang semakin keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun