Mohon tunggu...
Triananda Labiba
Triananda Labiba Mohon Tunggu... Mahasiswa

Jika tidak ada kesempatan, buatlah sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Dakwah di Era Modern: Menyatukan Tradisi dan Teknologi

12 Oktober 2025   17:43 Diperbarui: 12 Oktober 2025   17:41 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

     Kini, dakwah menghadapi tantangan baru. Arus globalisasi, kemajuan teknologi, serta krisis moral menjadi ujian bagi para dai. Banyak masyarakat yang lebih tertarik pada hiburan digital dibanding mendengarkan tausiyah. Karena itu, dakwah harus hadir dengan strategi yang lebih segar, kreatif, dan relevan dengan gaya hidup masyarakat masa kini.

     Menurut pandangan Prof. Amien Rais, ada lima langkah penting untuk memperkuat dakwah modern:

1. Melahirkan pendakwah yang terampil dan melek teknologi.

2. Membangun laboratorium dakwah untuk meneliti kebutuhan masyarakat.

3. Memperluas bentuk dakwah melalui tindakan nyata, tulisan, ekonomi, dan politik.

4. Memanfaatkan media massa dan media sosial sebagai sarana dakwah.

5. Membina generasi muda agar memiliki akidah dan karakter yang kuat.

     Langkah-langkah ini menegaskan bahwa dakwah tidak cukup hanya disampaikan secara lisan, tetapi juga perlu diwujudkan dalam tindakan dan keteladanan.

Dakwah Digital: Menyapa Dunia Lewat Layar

     Di era digital, media sosial menjadi ruang baru bagi penyebaran nilai-nilai Islam. Melalui YouTube, Facebook, Instagram, blog, dan berbagai platform lainnya, para dai dapat menjangkau jutaan orang dengan cepat. Konten dakwah kini tidak hanya berupa ceramah, tetapi juga video singkat, desain inspiratif, dan tulisan reflektif yang menyentuh hati.

     Namun, dakwah digital bukan hanya soal teknologi. Dibutuhkan kepekaan, kreativitas, dan niat yang tulus agar pesan yang disampaikan benar-benar membawa manfaat. Tantangannya adalah menjaga agar dakwah tetap murni bernilai ibadah, bukan sekadar konten untuk popularitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun