Mohon tunggu...
tri ambar
tri ambar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Malang

Mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang. Tertarik pada bidang pendidikan, penelitian, dan pengembangan media pembelajaran fisika. Berkomitmen untuk terus belajar, berkarya, serta memberikan kontribusi positif dalam dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

SciLearn: Inovasi Website Penguatan Budaya Literasi Ilmiah di Era Inovasi dan Teknologi

24 Agustus 2025   23:15 Diperbarui: 24 Agustus 2025   22:50 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Garis Besar Alur SciLearn

"Technology will not replace great teachers but technology in the hands of great 

teachers can be transformational." ~George Couros

Literasi ilmiah adalah kemampuan untuk memahami, menggunakan, dan mengevaluasi informasi ilmiah secara kritis dalam kehidupan sehari-hari. Di era inovasi dan teknologi saat ini, budaya literasi ilmiah bukan hanya penting untuk dunia akademik, tetapi juga menjadi dasar masyarakat yang rasional, kritis, dan siap menghadapi tantangan global. Literasi ilmiah adalah kemampuan untuk memahami, menggunakan, dan mengevaluasi informasi ilmiah secara kritis dalam kehidupan sehari-hari (Saraswati dkk., 2021). Di era inovasi dan teknologi saat ini, budaya literasi ilmiah bukan hanya penting untuk dunia akademik, tetapi juga menjadi dasar masyarakat yang rasional, kritis, dan siap menghadapi tantangan global (Lubis dkk., 2021). Kemajuan teknologi memberikan peluang besar dalam memperkuat budaya literasi ilmiah, namun pemanfaatannya belum sepenuhnya optimal. Kesenjangan akses informasi, rendahnya minat baca sains, dan keterbatasan media pembelajaran yang adaptif menjadi tantangan tersendiri (Saraswati dkk., 2021).

Era inovasi dan teknologi ditandai dengan perkembangan pesat dalam kecerdasan buatan, digitalisasi pembelajaran, dan akses terbuka terhadap informasi (Ritonga dkk, 2025). Di satu sisi, teknologi memberi kemudahan luar biasa dalam mengakses sumber daya ilmiah, seperti jurnal open access, platform e-learning, hingga video eksperimen sains (Toharudin dkk., 2023). Di sisi lain, keterampilan memilah informasi yang valid dan berpikir ilmiah masih belum membudaya, terutama di kalangan pelajar (Lubis dkk., 2021).

Literasi ilmiah di Indonesia masih menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal integrasi teknologi dan penguatan budaya berpikir kritis di kalangan pelajar (Saraswati dkk., 2021; Lubis dkk., 2021). Penelitian menunjukkan bahwa inovasi media pembelajaran digital seperti Wikipedia, blog, dan laboratorium virtual dapat meningkatkan literasi ilmiah secara signifikan (Toharudin dkk., 2023; Lestari, 2020; Putri, 2021). Namun, implementasi teknologi masih terbatas dan belum merata, baik dari sisi akses maupun integrasi dalam kurikulum. Selain itu, rendahnya minat baca sains dan keterampilan memilah informasi valid menjadi hambatan utama. Padahal teknologi seharusnya berperan sebagai akselerator budaya literasi ilmiah. Misalnya, dengan platform digital yang menyediakan sumber belajar berbasis sains yang menarik, interaktif, dan valid secara akademik (Toharudin dkk., 2023; Lestari, 2020). Sayangnya, hingga kini, pemanfaatan teknologi dalam konteks literasi ilmiah masih bersifat parsial dan belum mengakar dalam kurikulum maupun aktivitas siswa sehari-hari (Saraswati dkk., 2021).

Jika potensi ini terus diabaikan, kita akan menghadapi generasi yang melek teknologi tetapi buta ilmiah. Siswa mungkin mahir menggunakan perangkat digital, tetapi kurang memiliki nalar kritis dalam menghadapi hoaks, pseudo-science, dan informasi menyesatkan. Hal ini menjadi urgensi untuk mencari solusi inovatif (Lubis dkk., 2021).

Beberapa penelitian mengembangkan pendekatan inovatif seperti blended learning dengan blog (Lestari, 2020), laboratorium virtual (Putri, 2021), dan pemanfaatan Wikipedia digital library (Toharudin dkk., 2023) untuk meningkatkan literasi ilmiah. Namun, masih sedikit yang merancang platform web terintegrasi yang berorientasi pada siswa dan fokus pada literasi ilmiah.

Maka dari itu, diusulkan inovasi berupa sebuah website edukatif bernama SciLearn (Scientific Literacy Learning) yang didesain khusus untuk memperkuat budaya literasi ilmiah siswa. Website ini tidak hanya menjadi bank materi sains, tetapi juga menyediakan fitur diskusi berbasis masalah ilmiah aktual, kuis kritis, simulasi interaktif, serta pelatihan membaca dan menilai jurnal atau berita sains secara kritis.

SciLearn akan dirancang user-friendly, dengan pendekatan discovery learning dan scaffolding literasi, agar siswa tidak hanya membaca, tetapi juga memahami dan merefleksikan informasi. Penggunaannya dapat diintegrasikan dalam proses pembelajaran di kelas maupun pembelajaran mandiri. Guru bisa memberikan tugas berbasis konten SciLearn, sedangkan siswa dapat mengeksplorasi sains secara aktif dan menarik.

Garis Besar Alur SciLearn:

Prototype Desain SciLearn:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun