Babad Wirasaba: Ketika Ki Tolih dari Kaleng ke Kejawar - Ki Tolih Membawa Gajah Endra
Oleh: Toto Endargo -- Membaca Babad Wirasaba (8)
Pengantar Sejarah Wirasaba, Sebelum Terbit Cahaya dari Kejawar
Dalam catatan turun-temurun mengenai sejarah Kadipaten Wirasaba, terdapat bagian menarik yang jarang disorot: hubungan antara tokoh sakti Ki Tolih saat di Kaleng dan empu pembuat wrangka Kyai Mranggi dari Kejawar. Kisah ini menjadi mata rantai penting yang menghubungkan dua wilayah spiritual di masa peralihan Majapahit---yakni Kaleng (Panjer, sekarang Kebumen) dan Kejawar (di barat Banyumas)---dan menjadi landasan bagi pengangkatan Raden Bagus Mangun alias Jaka Kaiman ke lingkar kekuasaan Wirasaba.
Kedatangan Tamu dari Kejawar
Suatu hari, Kadipaten Kaleng kedatangan tamu dari Kejawar. Mereka adalah pasangan suami-istri, Nyai Mranggi dan Kyai Mranggi, yang dikenal sebagai pasangan petani sederhana. Namun Nyai Mranggi sesungguhnya adalah adik dari Adipati Kaleng, Raden Banyak Kumara. Kehadiran mereka disambut hangat oleh sang Adipati dan penasihat kepercayaannya, Ki Tolih.
Dalam perbincangan santai namun dalam makna itu, terkuak maksud kedatangan mereka: Nyai Mranggi hendak memohon bantuan dana. Putra angkat mereka, Raden Bagus Mangun (Jaka Kaiman), akan dipersunting sebagai menantu oleh Adipati Marga Utama dari Wirasaba. Namun sebagai rakyat kebanyakan, mereka tak cukup bekal untuk menyanggupi adat dan syarat pernikahan di lingkungan bangsawan. Maka, ia datang tak lain untuk memohon sekadarnya demi martabat keluarga dan masa depan putranya.
Raden Banyak Kumara berbesar hati. Ia memberi 100 ringgit kepada adiknya. Namun di sisi lain, Ki Tolih melihat kesempatan luhur. Sejak datang dari Majapahit, Ki Tolih menyimpan sebilah keris pusaka bernama Gajah Endra---keris sakti namun belum berwrangka. Ia telah lama mendengar bahwa Kyai Mranggi di Kejawar bukan hanya petani, tapi seorang empu ahli warangka keris. Maka, sebagai imbal balik, Ki Tolih meminta Kyai Mranggi agar membuatkan warangka untuk keris tersebut.
Namun pembuatan wrangka keris tidaklah perkara sepele. Untuk menyesuaikan warangka dengan watak keris, diperlukan keberadaan fisik kerisnya. Maka diputuskanlah bahwa Gajah Endra harus dibawa ke Kejawar, ke tangan Kyai Mranggi. Pertemuan pertama ini pun menjadi cikal bakal jalinan hubungan antara Ki Tolih, keluarga Kejawar, dan para bangsawan Wirasaba.
Pembuatan Warangka dan Pengembalian Keris