Mohon tunggu...
Toto Endargo
Toto Endargo Mohon Tunggu... Peminat Budaya

Catatan dan Pembelajaran Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Babad Onje: Wejangan Sukma Maha Suci - Ajaran Jiwa dari Babad Onje

5 Agustus 2025   22:28 Diperbarui: 6 Agustus 2025   11:47 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membaca Serat Sejarah Babad Onje (2) - ChatGPT

Babad Onje: Wejangan Sukma Maha Suci - Ajaran Jiwa dari Babad Onje

Oleh: Toto Endargo - Membaca Serat Sejarah Babad Onje (2)

Di antara halaman Punika Serat Sejarah Babad Onje, ada satu bagian yang membuat naskah ini bukan sekadar catatan sejarah kadipaten, melainkan teks ajaran jiwa. Setelah Kiyai Tepus Rumput turun ke sumur jumbleng atas titah Sultan Pajang, terdengar sebuah wejangan yang sederhana namun dalam: mengenali diri sebagai Sukma Maha Suci.

Teks Jawa (Transliterasi):

"... kawruhana yen jeneng pakanira Sukma Maha Suci. Dadi pakanira aja angrasa mati, aja angrasa rusak kalbune. Saben rahina wengi iman suci, ma'lum roh tetep mulih langgeng suci sampurna. Giling badan suci sarira gumilang-gilang kadi gedhah winasuhan. Mulih kejatining palang kajati sampurna jat munggah kejapatu, urip salawase. Nuli kejapatu nanging urip kena mati, langgeng tan kena owah."

Terjemahan Bebas:

"... ketahuilah, namamu adalah Sukma Maha Suci. Maka jadikan itu pakanmu. Jangan merasa mati, jangan merasa hatimu rusak. Siang dan malam, imanlah dengan suci; sadarilah bahwa roh selalu pulang, abadi, sempurna. Tubuh suci, raga bercahaya seperti cahaya bulan yang dijaga. Pulang pada hakikat sejati, mencapai kesempurnaan. Hidup selamanya. Hidup itu bisa mati, tetapi keabadian tak bisa berubah."

Ajaran Jiwa di Balik Naskah

Bagian ini membuat Babad Onje berdiri di antara dua dunia: sejarah politik dan tasawuf. Pesannya bukan sekadar legitimasi kadipaten, tetapi wejangan yang mengingatkan manusia pada hakikat dirinya. Aja angrasa mati, aja angrasa rusak kalbune---kalimat yang terasa seperti bisikan seorang mursyid kepada muridnya.

Di sini, kita melihat pengaruh Islam Jawa yang kental. Wejangan tentang sukma yang abadi adalah inti banyak laku tarekat. Dalam bahasa sufistik, ini adalah ajaran ma'rifat: mengenal diri untuk mengenal Tuhan.

Onje sebagai Tanah Pakem Sukma

Mengapa bagian ini muncul di awal babad Onje? Jawabannya bisa jadi karena sejak awal, Onje diletakkan bukan hanya sebagai pusat administrasi, tetapi sebagai tanah pakem sukma. Sebelum ada adipati, ada wejangan jiwa. Sebelum ada kekuasaan, ada kesadaran batin. Inilah yang membuat Onje berbeda: ia bukan hanya lahir dari politik, tetapi dari laku spiritual.

Hubungan Pajang dan Laku Tasawuf

Sultan Pajang dikenal mewarisi tradisi Demak yang sarat tarekat. Dengan menempatkan kisah Sukma Maha Suci dalam Babad Onje, kita melihat pola itu dipindahkan ke barat. Onje bukan sekadar benteng kekuasaan; ia adalah simpul ajaran, titik di mana laku tasawuf menanamkan akar di tanah Banyumas.

Gema yang Masih Terdengar

Wejangan ini bukan hanya milik masa lalu. Kalimat aja angrasa mati masih bergema dalam tradisi Jawa pedalaman, dalam doa-doa ngelmu sangkan paraning dumadi. Bahkan, dalam ritual-ritual masyarakat Onje hari ini, ada pantulan pesan itu: kesadaran bahwa hidup lebih luas dari tubuh, bahwa sukma tetap pulang.

Dan ketika kita tahu Onje masih memegang kalender ABOGe, kita melihat kesinambungan yang menarik: selain menjaga pakem waktu, Onje juga menjaga pakem sukma.

Baca juga: Ilmu Panglepasan dan Banyu Urip Onje

Penutup: Naskah yang Berbicara pada Jiwa

Membaca bagian Sukma Maha Suci membuat kita sadar bahwa Babad Onje bukan hanya arsip kadipaten. Ia adalah teks yang berbicara pada jiwa, mengingatkan bahwa sejarah tidak hanya tentang siapa memerintah siapa, tetapi tentang bagaimana manusia mengenali dirinya.

Onje, lewat kisah ini, menjadi bukan hanya titik di peta, tetapi cermin. Cermin yang berkata: sebelum tanah ini jadi kadipaten, ia sudah menjadi tanah jiwa. Sebelum ada nama-nama penguasa, ada satu nama yang disematkan pada manusia: Sukma Maha Suci.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun