Babad Onje: Ilmu Panglepasan dan Banyu Urip - Onje sebagai Tanah Laku
Oleh: Toto Endargo - Membaca Serat Sejarah Babad Onje (3)
Setelah wejangan Sukma Maha Suci, naskah Punika Serat Sejarah Babad Onje melanjutkan ke bagian yang lebih dalam: ngilmu panglepasan. Di sinilah Onje tidak hanya diceritakan sebagai tanah kadipaten, tetapi sebagai tempat laku, tempat melepaskan diri untuk kembali ke asal.
Teks Jawa (Transliterasi):
/43/ ... cicing mohing ikilah ngilmu panglepasan tedhak saking Pangeran.
Bismillahir rahmanir rahiim, osik sirnaning badan kabeh kawengku dening asih kanugerahaning Pangeran. Punika panglepasan tedhak saking Pangeran Gesang. Sirullah edzat ciptaning angen-angen illallahu.
/44/ Ikilah panglepasan malih, dus urip dinusah ing banyu urip, sir edzat lan sukma mulya ing alam jati sampurna. Punika kang pangandikane Pangeran Benang dhateng Pangeran Kalijaga adhi, punika pamejang dhateng andika ing Paleran...
Terjemahan Bebas:
"... diamlah sejenak, inilah ilmu pelepasan, turun dari Pangeran. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, lenyapnya tubuh ini semuanya terliputi kasih anugerah Tuhan. Inilah pelepasan yang turun dari Pangeran Hidup. Rahasia Dzat, cipta, dan angan-angan kembali hanya kepada Allah.
Inilah pelepasan yang lain: tetesan hidup dititiskan dalam air kehidupan, rahasia Dzat dan sukma mulia dalam alam jati sempurna. Inilah sabda Pangeran Benang kepada adiknya, Pangeran Kalijaga, inilah yang kupegangkan padamu dalam pelayaran..."
Ngilmu Panglepasan: Melepas untuk Pulang
Frasa ngilmu panglepasan adalah kunci. Dalam bahasa Jawa-Islam, ini bukan sekadar melepaskan dunia, tetapi melepaskan diri palsu untuk kembali ke asal. Tedhak saking Pangeran -- turun dari Tuhan -- menunjukkan bahwa ilmu ini bukan ciptaan manusia, melainkan pantulan dari Yang Asal.
Teks ini memakai istilah Pangeran Gesang -- "Tuhan Hidup/Abadi." Ini mengingatkan kita pada tradisi tasawuf yang melihat kehidupan sejati bukan pada tubuh, tetapi pada sukma yang menyatu dengan Dzat.