Banyu Urip: Air Kehidupan
Dus urip dinusah ing banyu urip -- "tetes hidup dititiskan dalam air kehidupan."
Banyu urip dalam tradisi Jawa adalah simbol pengetahuan hakikat. Air yang menghidupkan bukan tubuh, tetapi sukma. Di sini, naskah Onje masuk ke inti laku: kehidupan bukan milik tubuh, tetapi pancaran dari rahasia Dzat.
Pangeran Benang dan Kalijaga: Jejaring Wali
Munculnya nama Pangeran Benang mengejutkan. Ia disebut memberi wejangan ini kepada Pangeran Kalijaga. Ini menempatkan teks Onje dalam jaringan spiritual yang lebih luas: laku wali dan tarekat Demak--Pajang. Onje bukan berdiri sendiri; ia bagian dari arus besar penyebaran tasawuf Jawa.
Siapa Pangeran Benang? Beberapa naskah menyebutnya sebagai wali pedalaman, penghubung antara Demak, Pajang, dan daerah barat. Dengan menyebut namanya, Babad Onje seperti ingin menunjukkan bahwa tanah ini pernah disentuh jejaring wali.
Onje sebagai Tanah Laku
Dengan ngilmu panglepasan dan banyu urip, Onje diposisikan bukan hanya sebagai kadipaten, tetapi sebagai tanah laku. Kadipaten lahir dari politik, tetapi laku melahirkan kesadaran. Onje menjadi simpul di mana politik dan spiritualitas bertemu.
Gema Hingga Kini
Pesan ini masih terasa. Tradisi Banyumas mengenal banyak laku ngelmu sangkan paraning dumadi. Doa-doa kasampurnan pati sering memuat frasa tentang banyu urip dan sukma mulya. Tidak heran jika Onje, dengan akar seperti ini, masih menjaga ritme ABOGe dan pakem-pakem lama: ia bukan hanya tanah, tetapi penjaga laku.
Baca juga: Sejatining Islam lan Dunga Hashyah Cahaya dari Onje
Penutup: Melepas untuk Menemukan