Tiga Lapisan Angka
Rongatus mardika
-- Penetapan awal Onje sebagai kadipaten inti dengan 200 KK bebas pajak.
Onje kalihatus
-- Dalam daftar wilayah, angka 200 kembali diulang sebagai stempel administratif, membedakan Onje dari Purbasari atau Bobotsari yang hanya 100 cacah.
Onje mantuk dhateng kotan kalihatus malih
-- Saat transisi dari Pajang ke Mataram, Onje "dikembalikan" ke kapasitas 200 KK, menandakan status dan batas populasi ini dijaga tetap.
Dari Dua Ratus ke Tigang Lawe
Beberapa dekade kemudian, di masa Amangkurat IÂ (Suhunan Plered), naskah mencatat sesuatu yang kontras:
"...den cacah Onje kabukten kawula tigang lawe den cacah kepanggih kawanatus."
Tigang lawe bisa berarti 75 cacah (KK). Jika 1 KK 4 jiwa, populasi Onje saat itu hanya 300--400 orang. Dari kapasitas penuh 200 KK, turun menjadi sekitar 75 KK --- penyusutan hampir 60%.
Depopulasi dan Bayang Perang
Penurunan sebesar ini bukan perubahan alami, tetapi tanda depopulasi besar. Salah satu penyebab paling mungkin adalah Perang Trunajaya (1674--1680). Perang ini memaksa banyak kadipaten menyumbang kawula sebagai prajurit; sebagian besar tidak kembali.
Migrasi orang Purbasari yang disebut dalam teks sebagai pengisi Onje adalah bukti lain: kerajaan berusaha menghidupkan kembali wilayah yang kehilangan denyutnya.