Mohon tunggu...
Toto Endargo
Toto Endargo Mohon Tunggu... Peminat Budaya

Catatan dan Pembelajaran Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Remaja: Cinta Monyet Punta - Tia di Batang Gondhang

27 April 2025   12:22 Diperbarui: 27 April 2025   12:22 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai wanita, gadis sunthi, Tia merasa canggung duduk bersebelahan dengan Punta. Maka Punta duduk di bangku depannya. Tia lebih banyak bermain kuku dari pada menatap Punta.

Aliran Kebatinan

Debar dada Tia begitu riuhnya, lebih riuh dibandingkan suara mesin angkot. Gas angkot yang selalu di gas dalam-dalam. Jalan ke Tirta Asri termasuk lurus, namun menuju ke arah pegunungan, sehingga jalan harus menanjak sepanjang perjalanan.

Benar-benar perjalanan yang aneh. Keduanya seakan sebagai pemeluk aliran kebatinan. Maksudnya keduanya benar-benar menggunakan kata batin, tiada kata terucap untuk sekedar menyapa. Hanya suara batin keduanya yang seakan aktif berbicara. Hari Minggu benar-benar terasa aneh, namun juga terasa indah dan menyenangkan.

Terdiam Dalam Senyap 

Akhirnya sampai juga di kolam renang Tirta Asri. Kolam renang itu tampak tenang dengan air yang jernih, berkilau di bawah sinar matahari. Permukaan air terlihat begitu mulus, ada riak-riak kecil yang muncul ketika angin bertiup lembut. Di tepi kolam, terdapat beberapa bangku taman, terbuat dari kayu dan besi, bentuknya sederhana namun nyaman.

Beberapa bangku terletak di bawah pohon di sekitar kolam. Daun pohon seakan melambai memanggil keduanya. Keduanya menuju ke bangku-bangku di bawah pohon. Pohon memberikan bayangan yang sejuk dan melindungi mereka. Semilir angin menambah ketenangan suasana.

Suara air berderecak, air yang mengalir di tempat bilas. Tempat bilas yang terbuka, airnya mengalir deras, alami, segar dan sejuk. Riak air di kolam memberikan efek damai yang sempurna bagi siapa pun yang berada di sana, seolah mengundang mereka untuk menikmatinya lebih lama.

Punta dan Tia, memang tidak berminat untuk berenang. Hanya ingin berdua. Ingin bercerita mengungkapkan rasa hati. Namun kembali, lidah kelu menghambat kata hati. Lidah dan bibir tak mampu mengubah kata hati menjadi kata dalam bentuk suara. Keduanya terdiam dalam senyap, suasana yang indah namun terasa mencekam.

Lugu, Lucu dan Wagu

Punta, jejaka kecil ini sebenarnya memiliki kebiasaan menulis puisi. Biasa mencurahkan perasaan dan imajinasi ke dalam bait-bait tulisan. Tapi tidak, kali ini. Kali ini yang ada, hanya yang di benaknya. Keindahan puisinya lebih sering menggambarkan keindahan dunia melalui wujud Tia. Justru ketika Tia di dekatnya, malah beku mencengkeram kemampuannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun