Mohon tunggu...
Toto Endargo
Toto Endargo Mohon Tunggu... Peminat Budaya

Catatan dan Pembelajaran Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Remaja: Cinta Monyet Punta - Tia di Batang Gondhang

27 April 2025   12:22 Diperbarui: 27 April 2025   12:22 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Janji dan Janjian

Sebuah janji dan janjian harus ditepati. Janjinya adalah jalan-jalan, atau dolan berdua ke sebuah tempat. Tempat yang dapat menjadi kenangan indah keduanya. Janjian adalah menentukan hari untuk melaksanakan dolan hanya berdua.

Seiring dengan hasil berkomunikasi lewat surat. Hari Minggu, empat hari lagi setelah diterimanya surat Tia, telah ditetapkan sebagai hari "dolan". Kemana? Perlu juga dikompromikan. Terjadilah diskusi untuk menentukan tempat tujuan, ternyata diskusi sederhana itu menghabiskan angan dan waktu yang tidak sedikit. Bingung!

Diskusi sarana perjalanan juga susah. Jalan kaki? Naik sepeda? Naik angkot? Bahkan sampai hari minggu pagi, belum juga ada ketentuan tempat tujuan dolan berdua. Dasar cinta monyet, remaja lugu, lucu dan wagu. Padahal hari Minggu itu, tentu akan menjadi hari yang terasa berbeda. Sebuah hari, yang menjadi terasa aneh, tapi juga menyenangkan.

Menuju Pool Angkot

Setelah bertemu berdua di Minggu pagi itu, keduanya kebingungan. Kemana? Akhirnya diputuskan ke Kolam Renang Tirta Asri. Tempat yang cukup jauh namun sering dikunjungi saat kegiatan renang.

Naik angkutan kota. Route ke Tirta Asri sudah sangat dikenalnya. Keduanya sepakat untuk naik angkot. Dan sesungguhnya kolam renang tersebut adalah tempat yang selalu jadi pelarian, saat Tia merasa ingin melarikan diri dari rutinitas sehari-hari.

Berdua berjalan kaki dari sekitar rumah Tia, menuju pool colt, yang ada di pasar kota. Suasana di sepanjang jalan, sekitar 800 meter, menuju pasar kota, terasa hening. Keduanya diam, hanya langkah kaki yang terdengar. Riuhnya kota tidak membuat keduanya memiliki bahan untuk dibicarakan. Keduanya sama-sama diam, tidak tahu harus memulai ngomong apa.

Pisah Tempat Duduk

Dengan bahasa isyarat Punta mempersilakan Tia untuk masuk terlebih dahulu ke dalam angkot. Angkot, angkutan kota saat itu. Pintunya ada di bagian belakang. Dengan jendela yang sengaja dibiarkan tebuka. Angin menjadi AC alami, semribit.

Namanya Angkot, angkutan kota, barangkali maksudnya adalah kendaraan yang digunakan untuk mengangkut orang desa ke kota dan sebaliknya. Maka penumpangnya cenderung orang desa, dengan bawaan macam-macam. Bahkan bisa saja di samping membawa keranjang atau tenggok sayuran, membawa juga satu-dua ekor ayam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun