Mohon tunggu...
Toto Endargo
Toto Endargo Mohon Tunggu... Peminat Budaya

Catatan dan Pembelajaran Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tutur Cinatur: Brambang Jahe dan Udan Angin - Jejak Pundhen di Purbalingga Kidul

24 April 2025   12:56 Diperbarui: 24 April 2025   12:56 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pundhen Brambang Jahe - Toto Endargo

Curug Plered

Setelah sakitnya reda Ki Dalang belum segera meneruskan perjalanan, dia mengingat tadi terpeleset. Saat itulah terdengar nyaring suara air terjun yang sangat deras, rupanya hujan sudah turun di wilayah atas. Sungai Gringsing banjir, air terjun di dekat Ki Dalang istirahat suaranya menutupi suara pagelaran wayang di pendapa kabupaten, suara air terjun lebih keras dibanding suara pentas wayang.

Maka mengingat kemungkinan usianya pendek, Ki Dalang pun pesan kepada istrinya untuk mengenang peristiwa terpelesetnya (kepleret, keplered, kepleset) maka air terjun yang terdengar gemuruh itu diberi nama Curug Pleset. Namun kemudian kemudian dikenal dengan nama Curug Plered, dan kini dikenal pula dengan nama Curug Taman Gringsing.

Pundhen Udan Angin - Toto Endargo
Pundhen Udan Angin - Toto Endargo

Udan Angin

Setelah Ki Dalang Timbang dirasa lebih nyaman, berdua dengan istrinya, meneruskan perjalanannya menuju ke rumahnya di Dusun Timbang. Karena gelapnya malam yang tak sewajarnya, Ki Dalang Timbang kembali sedikit tersesat, tidak langsung menuju arah yang benar, keduanya hanya mengikuti sekitar jalur aliran sungai di sebelahnya (Kali Kramean)

Ternyata di perjalanan yang baru menempuh jarak sekitar 300 meter, hujan deras disertai angin ribut, bertiup menakutkan membelah arena. Dengan terpaksa keduanya harus berteduh, kebetulan di dekatnya ada pohon Waru Watang yang tidak begitu besar, di bawah pohon waru yang daunnya lebar itulah Ki Dalang Timbang dan istrinya berteduh.

Sejenak kemudian keduanya pun berdoa ke Hadirat Allah Subhanahu wa ta'ala, konon salah satu diantaranya adalah dengan membaca Al-Fatihah tujuh kali, dengan disertai permohonan agar hujan angin yang begitu hebat segera berhenti. Demikianlah sekitar 20 menit kemudian, hujan angin pun berhenti, Ki Dalang Timbang dan istrinya meneruskan perjalanan menuju pemukiman yang sebenarnya sudah dekat yaitu Dusun Timbang.

Tempat di mana Ki Dalang Timbang dan istrinya berteduh di bawah pohon waru watang, lokasinya kini dijadikan sebagai sebuah pundhen, tempat yang dipundhi-pundhi, dihormati keberadaannya, diberi nama Pundhen Udan Angin.

Tempat Perantara

Seiring dengan waktu ternyata keberadaan Pundhen Udan Angin di Purbalingga Kidul itu, tertangkap secara irasional oleh orang-orang yang justru berada di luar wilayah Purbalingga. Maka tidak heran jika pada saat-saat tertentu, di lokasi Pundhen Udan Angin datang orang-orang dari luar Purbalingga untuk melakukan ziarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun