Ki Dalang Timbang lalu minta diambilkan air sungai untuk diminum. Dengan menggunakan daun seadanya, istrinya mengambil air sungai untuk suaminya. Setelah minum Ki Dalang berpesan kepada istrinya bahwa sungai kecil itu mulai saat itu diberi nama Kali Kramean. Keduanyapun kemudian melewati sungai Kramean.
Curug GencangÂ
Lalu berjalan lagi dalam papahan istrinya, karena gelap dan banyak rumput liar, kaki Ki Dalang sempat kegencang, tersandung akar rumput hingga jatuh terduduk, berpegangan pada sebuah pohon. Kebetulan disitu ada curug, air terjun, suara air terjun yang sangat dikenalnya.
Yang terdengar itu adalah curug kembar, karena ada aliran sungai kecil dari Sungai Larangan yang mengalir dari utara ke selatan (sekarang sejajar dengan gang Mayong, Jalan Wirasaba) dan menjadi air terjun kembar yang jatuh ke Sungai Gringsing.
Ketika bertanya kepada istrinya, dia sedang berpegangan pohon apa, dijawab oleh istrinya bahwa pohon yang dipegangnya adalah pohon Secang. Pohon secang adalah pohon yang kayunya berwarna coklat muda, cenderung kekuningan, biasanya digunakan sebagai perwarna kain batik.
Dikarenakan kakinya kegencang dan ada pohon secang, maka oleh Ki Dalang Timbang curug kembar itu diberi nama sebagai Curug Gencang atau Curug Secang. Dan kini wilayah di sekitar curug kembar itu (curugnya sekarang tinggal bekasnya, karena air dari utara sudah tidak mengalir sebesar jaman dahulu) dikenal dengan nama dusun Curgecang.
Brambang Jahe
Kedua suami istri itu sudah paham bahwa Dusun Timbang telah terlewati, maka dari Curug Secang, keduanya berbalik sedikit mengikuti suara air Kali Gringsing. Rasa sakit perutnya sudah tidak tertahankan sampai-sampai Ki Dalang Timbang  kakinya sempat terpeleset, dan kesulitan untuk berjalan.
Ki Dalang Timbang, minta berhenti. Saat istirahat inilah sang istri baru ingat bahwa di bengking-nya dia ada membawa brambang dan jahe. Segera brambang dan jahe di-mamah, dikunyah-kunyah, dan dioleskan ke perut suaminya.
Sampai beberapa kali istrinya mamah brambang jahe. Ampas bekas borehan dan sisa brambang jahe, di bawah sinar lidah cahaya langit, dikubur di tempat dimana Ki Dalang Timbang itu dirawat. Kini tempat itu dikenal dengan nama Petilasan Brambang Jahe. Bahkan di beri nisan, diberi tulisan Kyai Brambang Jahe.