Tutur Cinatur: Brambang Jahe lan Udan Angin -- Jejak Pundhen di Purbalingga Kidul
Kadang-kadang, sebuah tempat jadi keramat bukan karena wujudnya megah, tapi karena ia menyimpan jejak langkah seseorang yang oleh masyarakat dianggap linuwih. Demikianlah halnya dengan dua petilasan yang berada di kawasan Purbalingga Kidul, yaitu Pundhen Brambang Jahe dan Pundhen Udan Angin. Keduanya kini ada dan tenang, satu di utara GOR Goentoer Darjono, satu lagi di selatannya, seperti dua sisi dari satu perjalanan spiritual yang panjang.
Jejak di Utara GOR
Bagi siapa saja yang pernah mengelilingi kawasan GOR Goentoer Darjono, barangkali pernah melirik ke arah mural orang bertinju. Di sanalah, di balik gemerlap aktivitas kota, berdiri sebuah petilasan sederhana bertuliskan: Petilasan Brambang Jahe, Kelurahan Purbalingga Kidul, Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga. Konon, di situlah kisah ini bermula---atau setidaknya, berakhir dalam diam. Inilah sedikit cerita singkatnya yang pernah saya dengar.
Dalang Wayang Kulit
Alkisah jaman dahulu di dusun Timbang, Penambongan ada seorang dalang, bernama Ki Wiramenggala (?) dikenal dengan julukan Ki Dalang Timbang. Sebenarnya, sekitar seabad yang lalu, dusun Timbang itu sudah diwasiatkan, oleh Ki Narasoma, demang yang pertama berkuasa, sebuah pamali, agar jangan mengadakan pentas wayang di wilayah Timbang.
Namun barangkali karena pamali itu sudah sangat lama berlakunya, dan kemungkinan Ki Dalang Timbang bukan keturunan Ki Narasoma, maka beliau memantapkan hati untuk menjadi pengabdi seni, menjadi Dalang Wayang Kulit. Konon yang penting jangan sampai melakukan pentas di wilayah Dusun Timbang. Begitulah!
Pesan Pilihan
Suatu hari Ki Dalang Timbang dipesan oleh sebuah keluarga di dukuh Blewuk, Desa Bojong. Dimohon untuk pentas mendalang. Hari dan tempat pentas telah ditentukan dengan bijaksana, akur dan nyaman di semua sisi. Sebuah persekutuan yang harmonis. Lakon pagelaran wayang semalam suntuk juga sudah disetujui oleh Ki Dalang dan tuan penanggap, dengan lakon Sesaji Rajasuya.
Namun datanglah sebuah masalah. Konon Kanjeng Bupati Purbalingga kerawuhan tamu agung dari Surakarta. Berkenan ingin dijamu potensi asli budaya Jawi. Pentas wayang. Maka dipanggilah dalang maen dari dusun Timbang itu.