Adalah trend di Ramadan 1445, berburu takjil antara yang berpuasa dengan yang tidak berpuasa, diam diam nonis yang tak puasa, kangen dengan kuliner Ramadan, yang biasa di jual menjelang beduk Magrib berbunyi.
Dengan kebugaran yang prima,mereka bergerak justru saat yang berpuasa sedang mengalami fase lapar laparnya.Kehadiran media sosial turut mengerek nama war takjil, hingga akhirnya video tentang war takjil menjadi fenomena unik di Ramadan tahun ini.
Apalagi sound yang digunakan dalam video war takjil adalah Rindu Muhammadku. Klop benar tentang arti toleransi yang berlangsung secara senda gurau. Tak ada yang tersinggung, tak ada yang tersakiti.
Untuk yang sedang berpuasa,memilih melepas war takjil, mereka berjanji akan balas dendam ketika Paskah tiba, memborong semua telur agar nonis tak bisa merayakan paskah.
Humor elegan dan menandai indahnya toleransi di negeri yang kita cintai, bahwa dengan cara cara yang jenaka, ringan serta simpel, pembelajaran tentang toleransi bisa fi khatamkan dengan riang gembira.
Kemesraan Ini Janganlah Cepat Berlalu
Pluraliseme masyarakat di Indonesia adalah keniscayaan, keberagaman yang ada di Indonesia kerap menjadi contoh bagi negara negara lain. Bahwa agama Islam sebenarnya sangat menghargai bentuk keberagaman.
Yuk kita telaah tentang keberagamaan dalam Al Quran, seperti dalam surat Al Baqarah ayat 256 yang mengupas keragaman agama, ada juga tentang ragam bahasa dan warna kulit, yang tertera di surat Ar Rum ayat 22. Sedangkan surat Al Hujurat ayat 13 menelaah keragaman suku bangsa.
Kita aminkan bersama sama, mumpung masih menikmati Ramadan yang merupakan bulan suci bagi ummat Islam, bahwa manisnya toleransi jangan berakhir di tahun ini di Ramadan kali ini, namun akan terus bertumbuh sepanjang hari, sepanjang tahun,aamiin.
Cerita Toleransi di Cikarang