Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[HORORKOPLAK] Jangan Menengok ke Belakang!

12 Januari 2017   05:39 Diperbarui: 12 Januari 2017   05:59 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin malam ini adalah malam keberuntungan bagi Anwar dan juga Mang Sapta, setelah berkeliling dari sawah ke sawah dan menyatroni lubang lubang di mana belut ngumpet, perjuangan mendapatkan belut meski agak bersusah payah karena memang belut begitu licin namun malam ini memang malamnya Anwar mendapatkan belut belut dengan jumlah banyak.

Wadah bambu yang di sediakan untuk menampung hasil tangkapan belut mulai menggembung karena banyaknya belut yang bisa di tangkap. Dalam hati Anwar bersorak senang, terbayang nanti usai ngobar bisa menikmati kerenyahan goreng kering belut, ngobor dengan Mang Sapta selalu memberikan kegembiraan bagi pemuda kampung bernama Anwar.

Angin malam berhembus semilir, cahaya lampu pijar meliuk liuk di tiup angin, Mang Sapta berjalan di depan sedangkan Anwar mengikuti dari belakang, mereka berjalan di pematang sawah, sesekali terdengar suara batuk Mang Sapta, suara yang batuk terdengar nyaring meski sebenarnya batuk Mang Sapta pelan, malam yang hening membuat suara sepelan apapun terdengar seperti nyaring.

Saat mereka terus berjalan di pematang sawah menuju arah pulang, terdengar suara kotekan ayam dan terdengar begitu dekat dan nyata, entah ayam siapa yang masih berkeliaran semalam ini, suara kotekan ayam makin riuh, suaranya ribut sekali.

                              “Kira kira ayam siapa ya yang masih berkeliaran di malam ini, apakah yang empunya lupa mengandangkannya?” Tanya Anwar keheranan.

                              “Jangan menengok ke belakang ya, lagian pula itu tandanya masih jauh,” jawab Mang Sapta.

Anwar keheranan dengan jawaban Mang Sapta, jangan menengok ke belakang dan masih jauh, ada apa dengan jawaban Mang Sapta? Belum usai Anwar bertanya lagi, kotekan ayam yang tadinya riuh sekarang sekarang terdengar samar samar, sayup di antara semilirnya angin, terdengar perlahan namun justru setelah kotekan terdengar sayup, bulu kuduk Anwar seakan berdiri, entah mengapa ia merasakan hawa lain yang berbeda.

                       “Kotekan ayam seakan menjauh tapi kok malah jadi merinding begini nih Mang Sapta? Perasaan jadi nggak enak gitu deh,” ujar Anwar yang jalannya makin merapat di belakang Mang Sapta.

                         “ Sudah dekat, mungkin di belakang kita! Jangan sesekali menengok ke belakang ya, coba lemparkan beberapa belut ke arah belakang,” saran Mang Sapta kepada Anwar.

                        “ Busyeet dah Mang Sapta gimana sih, belut kita tangkap susah susah kok di buang?”

                       “Udah lempar saja ke belakang, kalau tidak pasti kita di ikutin terus,kamu mau di ikutin terus sampai rumah? Ayo cepetan lempar!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun