Mohon tunggu...
Muhammad Taufan
Muhammad Taufan Mohon Tunggu... -

-

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Kolaborasi Penerbangan untuk Konektivitas dan Kesejahteraan Indonesia

27 Februari 2025   23:19 Diperbarui: 26 Februari 2025   20:54 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://pixabay.com/id/photos/siswa-anak-laki-laki-pedesaan-5831655/

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan kurang lebih 17.000 pulau yang dimiliki. Kondisi geografis berbentuk kepulauan tersebut menciptakan tantangan tersendiri dalam hal konektivitas antar pulaunya. Maka dari itu pilihan moda transportasi yang ada seperti laut menjadi salah satu pilihan untuk mengangkut barang dalam skala besar antar pulaunnya. Walaupun transportasi laut menjadi primadona tetapi nyatanya masih memiliki sisi kekurangan berupa lamanya waktu tempuh perjalanannya. Kini kekurangan yang dimiliki transportasi laut dapat diselesaikan secara efektif melalui penggunaan transportasi udara. Belum lagi transportasi udara juga menawarkan kelebihan lainnya seperti kecepatan sampai jangkauan yang lebih luas.

Berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh transportasi udara nyatanya terdapat bayangan hitam yang selalu menghantui. Bayangan tersebut dapat dilihat dari kondisi akan transportasi udara secara domestik yang terdapat masalah pelik didalamnya. Dari sekian banyak masalah satu satu yang paling utama berupa kekurangan jumlah pesawat yang tersedia dalam memenuhi kebutuhan perjalanan domestik yang terus berkembang. Kondisi tersebut selaras dengan pemaparan yang dilakukan oleh Menteri BUMN Indonesia yang membutuhkan jumlah 750 pesawat airliner. Kebutuhan tersebut nyatanya hanya dapat ditopang oleh 410 unit yang tersedia secara lapangan. Kejompangan yang ada pada jumlah armada pesawat berdampak pada kapasitas angkut yang terbatas akhirnya mampu menghambat mobilitas penduduk sampai barang antar pulau di Indonesia.

Untuk menutupi kekurangan jumlah pesawat yang tersedia terdapat dua cara yaitu menambah armada atau maskapai. Namun rasanya kedua cara tersebut rasanya memiliki kekurangan yang sama. Contoh atas kekurangan dua solusi tersebut berupa membutuhkan pengeluaran berupa investasi yang besar. Dengan kucuran investasi yang besar akan mampu memperbesar resiko finansial menjadi kian buruk terlebih ketika beban pengeluaran tidak sebanding dengan pemasukan. Sehingga solusi alternatif yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan kebutuhkan jumlah armada tanpa memberikan tekanan berlebih secara finansinal melalui kolaborasi antar pihak industri penerbangan domestik.

Sumber: https://pixabay.com/id/photos/bandara-pesawat-terbang-1105980/
Sumber: https://pixabay.com/id/photos/bandara-pesawat-terbang-1105980/

Secara nyata kolaborasi yang dilakukan dengan membentuk kemitraan strategis yang membuat setiap maskapai untuk saling berbagi armada mulai dari penyewaan peswat, pengelolaan rute bersama, sampai berbagai infrastuktur maupun fasilitas operasional. Misalnya pihak maskapai BUMN yang memiliki kondisi armada lebih besar dapat menyewakan pesawat kepada maskapai swasta untuk menutupi rute perjalanan yang memiliki permintaan fluktuatif. Penerapan tersebut mampu mengoptimalkan armada yang nganggur sambil menutup permintaan rute domestik. Disamping itu kolaborasi yang dilakukan dapat diperdalam lagi dengan melakukan pengadaan pesawat secara bersama untuk menekan beban biaya investasi yang besar. Berbagai kolaborasi yang dilakukan menciptakan ekosistem industri penerbangan yang saling menguntungkan tanpa mengorbankan finansial yang besar.

Pihak garda terdepan dalam memegang peran utama memenuhi kebutuhan aksesibilitas dan mobilitas udara bagi rakyat Indonesia berupa pihak maskapai industri penerbangan. Tetapi untuk melakukan operasional dengan skema kolaborasi dibutuhkan pihak pemerintah sebagai jembatan. Disini pemerintah dapat menciptakan regulasi secara jelas dan rinci atas operasional untuk pedoman dalam industri penerbangan. Secara spesifik regulasi meliputi pengaturan tarif, penentuan rute penerbangan, sampai persyaratan keselamatan dan keamanan yang harus dipatuhi oleh pihak pengelola maskapai penerbangan. Dalam regulasi tersebut juga membahas mengenai pembangunan dan pengelolaan infrastuktur bandara yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah sebagai fasilitas yang mampu mendukung pertumbuhan sektor penerbangan lebih efisien dan aman. Adanya regulasi yang tepat akan berdampak secara tidak langsung dalam menciptakan ekosistem yang mendukung perkembangan industri penerbangan dibarengi peningkatan konektivitas antarwilayah di Indonesia.

Skema kolaborasi antara pihak industri penerbangan domestik akan mampu memenuhi kebutuhan perjalanan di seluruh Indonesia dengan lebih efektif. Kolaborasi yang dilakukan dapat memastikan maskapai penerbangan melakukan operasi ke berbagai rute di berbagai daerah Indonesia. Berbagai rute tersebut secara tidak langsung mampu memperbesar peningkatan jumlah penumpang dibarengi akan operasional yang efisien dapat meningkatkan arus kas dan keuntungan bagi maskapai. Atas operasional yang efisiensi dan dan keuntungan yang terjadi maka secara perlahan-lahan akan dapat mengoreksi harga tiket pesawat melalui mekanisme pasar. Koreksi harga tiket karena terjadi kondisi akan kapasitas kursi yang tersedia yang selaras dengan permintaan yang ada dengan menjaga keuntungan tetap maksimal. Sehingga pihak pengelola maskapai dapat menyesuaikan harga tiket agar mampu menyeimbangkan antara penawaran dan permintaan.

Sumber: https://pixabay.com/id/photos/tindakan-berkolaborasi-kolaborasi-2277292/
Sumber: https://pixabay.com/id/photos/tindakan-berkolaborasi-kolaborasi-2277292/

Selain meningkatkan mobilitas penumpang penerapan skema kolaborasi dalam industri penerbangan domestik juga berdamapak kepada distribusi barang. Pengiriman barang dari satu pulau ke pulau lainnya kini dapat dilakukan dengan cepat dan efisien khususnya pada daerah yang sulit dijangkau sebelumnya. Kelancaran rantai pasok barang seperti kebutuhan pokok sampai barang-barang industri mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya. Disamping itu juga akan berdampak kepada penyerapan lapangan kerja serta harga barang dapat ditekan yang biasanya tersedot oleh mobilitas yang pelik diperjalanan.

Namun harus digaris bawahi bahwa penerapan skema kolaborasi dalam industri penerbangan tidak hanya difokuskan pada rute-rute ramai dengan lalu lintas tinggi penumpang saja. Disini adanya skema kolaborasi tersebut harus dapat diperluas ke rute-rute yang menjangkau akan daerah Terluar, Terdepan, Tertinggal, dan Perbatasan (3TP). Adanya rute ke 3TP tersebut membuat koneksi yang sebelumnya sulit dijangkau kini memiliki akses yang lebih baik. Hal itu akan dapat mempercepat pemerataan pembangunan sampai akses terhadap sumber daya. Nantinya masyarakat yang tinggal di 3TP akan mendapatkan berbagai layanan lebih baik yang sebelumnya sulit dicapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun