Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pertama Kali di +62, SSB Sangat Terdampak Waktu Siswa yang Habis di Sekolah

29 Agustus 2022   10:12 Diperbarui: 29 Agustus 2022   10:51 4401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW (Dokpri)

Kendati, wadah SSB sejak 1999 hingga kini masih tetap belum pernah dibakukan oleh PSSI, belum ada regulasi hingga kompetisi resmi atas nama SSB yang digelar oleh PSSI, namun tidak dapat disangkal bahwa keberadaan SSB sangat memiliki peranan vital dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Sepak bola sebagai olah raga rakyat di Indonesia, dan fakta keberadaan SSB yang terus menjamur, terbukti lebih diminati oleh para siswa daripada sekolah formal. Siswa lebih merasa nyaman ketika berada di SSB.

Meski para pelatih (guru) di SSB masih banyak yang belum profesional dan sesuai kualifikasi. Meski belum semua SSB menjalankan fungsi dan perannya dengan benar.

Namun, sebagian besar SSB tetap dapat menorehkan dan mengarahkan kecerdasan intelegensi dan kecerdasan personality siswa untuk menjadi anak-anak yang berkepribadian, berkarakter, berbudi pekerti luhur, santun, memiliki etika, rendah hati, tahu diri, peduli, membumi.

SSB juga menempa anak-anak untuk kreatif, imajinatif, dan inovatif, yang tolok ukurnya dapat dilihat dari hasil kegiatan festival/turnamen/kompetisi yang diikuti oleh SSB dan dalam kehidupan nyata di rumah dan masyarakat. Sebab, para siswa di SSB ditempa teknik, intelegensi, personality, dan speed (TIPS)nya bukan hanya untuk kepentingan sepak bola, tetapi juga untuk praktik kehidupan nyata.

Karena kondisi.tersebutlah, para orangtua merasa nyaman memasukkan para putra-putrinya ke SSB, pasalnya terbukti menjauhkan para putra/putinya dari hal-hal negatif, seperti pergaulan bebas, obat-obatan terlarang/narkoba, tawuran, dan sejenisnya. Para orangtua pun rela merogoh kocek membiayai putra/putrinya untuk program-program yang dibuat oleh SSB dan program festival, turnamen, kompetisi yang diikuti oleh SSB.

Presiden, Mendikbudristek, Menpora, Timnas U-16 baru juara

Pertanyaannya, apakah kondisi ini diketahui oleh Mendikbudristek dan Menpora? Juga stakeholder terkait di Indonesia? Juga diketahui oleh Presiden yang punya harapan ada percepatan dalam olah raga sepak bola demi mencapai prestasi?

Mereka semua wajib tahu, bahwa sepanjang saya mengamati dunia pendidikan dan olah raga, khususnya di Jabodetabek, baru pertama kali ini, para siswa kehilangan waktu untuk mengembangkan bakat olah raganya atau sepak bolanya atau kegiatan lain dalam wadah yang representatif di luar sekolah.

Padahal, seluruh SSB resmi yang terafiliasi di Askot/Askab PSSI di wilayah Kota dan Kabupaten, juga memiliki tanggungjawab mengukur keberhasilan program pendidikan, pelatihan, dan pembinaan, dalam ajang festival/turnamen/kompetisi, baik yang dihelat oleh PSSI mau pun pihak swasta yang mendukung sekolah formal.

Presiden, pembuat Kurikulum Merdeka, Menpora, sudah diberikan bukti bahwa anak-anak U-16 Indonesia, baru saja mengukir sejarah, memberikan Trofi Piala AFF U-16 2022 sebagai kado HUT RI ke-77.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun