Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pertama Kali di +62, SSB Sangat Terdampak Waktu Siswa yang Habis di Sekolah

29 Agustus 2022   10:12 Diperbarui: 29 Agustus 2022   10:51 4401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW (Dokpri)

Kurikulum Merdeka, benarkah justru memenjara dan menjajah anak tinggal lebih lama di sekolah? Ini karena menterinya? Sekolahnya? Kepala Sekolahnya? Para gurunya? Atau di antara mereka salah memahami? Salah implementasi? Apa yang digaransi dari penjajahan itu untuk perkembangan pedagogi anak?

(Supartono JW.28082022)

Catatan saya, ini adalah kejadian pertama sejak tahun 1999 SSB pertama di gaungkan di Indonesia. Artinya, selama hampir 24 tahun tidak pernah terjadi masalah SSB memanfaatkan waktu sisa siswa setelah sekolah, lalu menyalurkan bakat dan minatnya bergabung dengan SSB.

Tetapi, tahun ajaran baru 2022/2023, inilah pertama kalinya, ribuan atau bahkan jutaan siswa tidak lagi memiliki waktu ber-SSB (juga kegiatan lain) yang normal, sebab waktu sebagian besar siswa sudah diambil oleh sekolah.

Berikut beberapa nukilan kerasahan itu:
"Selama ini jadwal latihan reguler SSB kami dua sesi, yaitu sesi 14.00-16.00 WIB dan sesi 16.00-17.45 WIB. Sejak tahun ajaran baru, jangankan dapat melakukan jadwal latihan sesi satu. Sesi dua pun tidak bisa, sebab di sesi dua hanya beberapa siswa yang bisa hadir, karena sekolah."

"Selama ini, SSB kami biaya operasionalnya dari iuran siswa. Dengan hanya ada beberapa siswa yang dapat hadir latihan di pukul 16.00, bahkan ada yang menyusul datang terlambat pukul 17.00an, biaya operasional untuk membayar sewa lapangan/stadion dan transpor pelatih pun tidak dapat tertutupi. Latihan reguler di hari biasa sudah sering diliburkan. Latihan di hari Sabtu/Minggu pun anak-anak tetap banyak yang izin karena kecapaian atau harus ikut acara keluarga, karena selama seminggu, waktunya sudah habis di sekolah."

"Untuk mengikuti kompetisi ketat, baik yang digelar pihak swasta mau pun oleh PSSI, selama ini latihan reguler dua/tiga kali seminggu di hari biasa saja kurang untuk menaikkan TIPS siswa. Dengan model sekolah yang siswanya sekarang pulang sore, maka latihan reguler di hari biasa sudah tidak bisa diharapkan. Bagaimana siswa dapat memiliki rapor TIPS standar untuk mengikuti turnamen/kompetisi?"

"Kondisi siswa yang sekarang tersandra di sekolah, membuat latihan reguler SSB kami tidak dapat berjalan sesuai waktu dan program, membuat kami berpikir menggeser jadwal latihan SSB ke malam hari. Tapi masalahnya, latihan malam, siswa yang sudah kecapaian di sekolah belum tentu hadir. Berikutnya, biaya sewa lapangan/stadion malam hari, berkali lipat harganya dari latihan. Jadi, kondisi sekolah sekarang sama saja kegiatan SSB dan lainnya, sedang dibunuh oleh sekolah."

"Banyak orangtua siswa di SSB saya yang berharap SSB kami tetap ikut kompetisi bergengsi. Tetapi apakah siswa bisa dan mampu ikut kompetisi setiap pekan tanpa ada latihan? Kami berikan program latihan mandiri di rumah saja, siswa sudah kecapaian dan tidak ada waktu."

Masih, banyak keresahan lain, yang juga dikeluhkan oleh para orangtua yang masuk kepada saya, namun akan saya ungkap dikesempatan lain.

Waktu sekolah formal, habiskan waktu siswa di sekolah

Belum genap dua bulan Tahun ajaran 2022/2023 berjalan, namun beberapa orang tua khususnya di wilayah Jabodetabek, yang menyekolahkan anak-anaknya baik di sekolah negeri mau pun swasta sudah ada yang kesulitan mengatur jadwal kegiatan pengembangan minat dan bakat anak-anaknya, di luar sekolah karena waktu anaknya sudah habis di sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun