Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Fungsi Warna Pesawat dan Warna Perasaan Rakyat

5 Agustus 2021   00:50 Diperbarui: 5 Agustus 2021   01:03 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menariknya, John Hansman menggarisbawahi bila cat dengan warna-warna terang seperti merah akan lebih terlihat saat teroksidasi. Akibatnya, warna merah dalam waktu sebentar berubah menjadi merah muda seperti luntur dan tidak menarik lagi. 

Buntutnya lagi, biaya perawatan dan pengecatan ulang pesawat menjadi lebih mahal. Pasalnya, puluhan galon dibutuhkan untuk mengecat satu badan pesawat, jika pesawat perlu perawatan lebih sering, tentu biayanya juga lebih besar.

Polemik cat pesawat Presiden

Apa yang diungkapkan oleh John Hansman  dan dikutip oleh media massa di Indonesia bahkan sejak tahun 2018, namun kini tiba-tiba saja Indonesia dihebohkan oleh pengecatan pesawat Presiden di tengah rakyat sedang menderita karena pandemi corona.

Saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan PPKM Level 4 diperpanjang lagi hingga 9 Agustus 2021 saja, respon masyarakat banyak yang antipati. Antipatinya bukan karena virus corona yang memang faktanya masih merajalela, tetapi antipati karena kebijakan yang dianggap plin-plan.

Dari judul PPKM saja sudah ada label PPKM Mikro, lalu PPKM Darurat, lalu PPKM Level 4 dan terus dibikin berjilid-jilid, meski yang ada dasar hukumnya adalah PSBB. 

Maka, kebijakan apa pun, kini masyarakat nampak malas menanggapi. Mau bilang apa? Sebab yang sedang diberikan amanah memimpin malah lebih nampak berkuasa dan penguasa.

Lalu tradisi para elit partai dan pejabat juga sangat senang dengan politik kepentingan. Sampai-sampai keberhasilan Greysia-Apriyani meraih emas Olimpiade Tokyo 2020 pun dimanfaatkan untuk kampanye politik dan promosi jabatan dan usaha. Memberi ucapan selamat tapi pamrih dan menjadikan Geysia dan Ariyani bintang iklan gratisan.

Kini, sebagai rakyat biasa, sungguh sedih ketika ada Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden yang mempertanyakan kritik dari pengamat dan berbagai pihak di negeri ini soal pengecatan pesawat kepresidenan yang menelan anggaran Rp2 miliar.

Dengan gagahnya, tenaga ahli ini merasa tak ada masalah karena tidak mengganggu anggaran penanganan Covid-19. Bahkan bilang bahwa uang Rp2 miliar digunakan untuk cat dan perawatan pesawat 7 tahun sekali. Dan bilang:

Kalau mau lihat biaya perawatan, cat, kemudian pemeriksaan 7 tahun dilakukan, Rp1 miliar-Rp2 miliar untuk pesawat presiden di mana masalahnya? seperti dikutip dalam program CNN Indonesia Newsroom, Selasa (4/8).

Kok bisa ya? Kerja jadi staf ahli, tapi tidak ada empati? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun