Hanya dalam tempo empat hari, Indonesia kembali digegerkan oleh tindakan yang dijuluki terorisme dan radikalisme, sebab adanya bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan dan penyerang Mabes Polri Jakarta Selatan.Adalah Muh Lukman Alfariz, pelaku pengeboman di depan pintu gerbang Gereja Katedral Makassar di Jalan Kajaolalido, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3/2021) Pukul 10.20 WITA dan Zakiah Aini, penyerang Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kelurahan Selong, Kecamatan Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan, Rabu (31/3/2021) pada sekitar pukul 16.30 WIB, yang pada akhirnya membuat Indonesia diguncang radikalisme kembali.
Mengapa Muh Lukman Alfariz dan Zakiah Aini sampai dapat terlibat radikslisme yang sebelum melakukan aksinya, bahkan meninggalkan Surat Wasiat yang terpublikasi di berbagai media, isinya mirip? Mengapa kasus radikalisme di Indonesia terus hadir dan lahir?
Kecewa demokrasi dan ketidakadilan
Banyak pihak, di antaramya ahli, pengamat, praktisi, yang telah membahas menyoal radikalisme di Indonesia, baik di layar kaca maupun di media massa. Namun, hasil bahasan mereka, nyatanya tetap belum signifikan menurunkan aksi radikalisme, sebab pangkal masalah yang menjadi latar belakang mengapa masyarakat ada yang memilih jalan radikal juga tak mencoba membikin masyarakat reda dari kekecewaan. Pangkal masalah itu di antaranya menyoal demokrasi dan ketidakadilan.
Karenanya, banyak pihak yang telah menyebut bahwa aksi radikalisme akhirnya menjadi alternatif bagi masyarakat yang kecewa dengan demokrasi dan ketidakadilan yang biasa disebut masyarakat, hukum di Indonesia tajam ke bawah, tumpul ke atas. Sehingga, jalan jihad, yaitu Jihad berjuang/usaha/ikhtiar dengan sungguh-sungguh. Jihad dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia yaitu menegakkan Din Allah atau menjaga Din tetap tegak, dengan cara-cara sesuai dengan garis perjuangan para Rasul dan Al-Quran.
Namun, jihad yang dilakukan oleh pelaku radikalisme, apakah sesuai dengan maksud jihad yang benar?
Terlebih, implementasi demokrasi dan ketidakadilan di Indonesia terus bermasalah. Maka tak pelak, radikalisme berkembang di Indonesia begitu pesat. Padahal proses seseorang menjadi radikal itu sangat rumit, seperti telah diungkap dalam berbagai pemberitaan di media massa selama ini.
Tetapi, bagi seseorang yang sudah merasa tidak merasa nyaman dengan situasi demokrasi dan ketidakadilan saat ini, meski prosesnya rumit, tetap akan ditempuh dan faktanya, Muh Lukman Alfariz dan Zakiah Aini telah membuktikan diri dan berhasil jihad sesuai versinya.
Menjadi radikal, selain alasan demokrasi dan ketidakadilan yang terus tak memihak, juga bisa karena alasan personal yang bisa jadi karena dasar ideologi maupun finansial.
Dari berbagai literasi, kelompok radikal dalam merekrut anggotanya ada yang dengan menebar janji-janji kebutuhan finansial yang tercukupi, plus adanya propaganda politik yang menarik.
Di sisi lain, juga ada fasilitas seperti pelatihan dan lainnya. Contohnya dapat disimak dari cara perekrutan Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS. Lebih dari itu, secara personal menjadi bagian dari radikalisme karena pemahaman soal penyucian diri.