Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapa yang Seharusnya Memutus Mata Rantai Sikap Kasar dan Tak Santun Netizen +62?

27 Februari 2021   16:27 Diperbarui: 27 Februari 2021   16:35 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang lebih buruk dari Indonesia, yaitu Rusia (80) dan yang paling jeblok adalah Afrika Selata (82). Lalu, lihat siapa yang sopan-sopan? Negara-negara yang adabnya paling baik dalam pergaulan digital dunia adalah Belanda (51), Inggris (55), Amerika Serikat (56), Singapura (59), dan Taiwan (61).

Pada akhirnya masyarakat pun tak kaget adab warganet yang terus defensif dan malah menyerang Microsoft. Ironis.

Tak heran ada Gubernur yang menyebut netizenIndonesia galak di medsos namun ketika bertemu tatap muka, merekasopan. Ketika melihat komentar di berita yang yang ditayangkan di media online, levelnya sudah kategori kasar luar biasa. Seharusnya, netizen santun di tatap muka, pun santun saat di dunia maya dan virtual.

Kini, image dunia pun sudah tentu berubah. Indonesia yang selama puluhan tahun menjadi bangsa yang ramah, berubah menjadi bangsa yang kasar di medsos dan medol (media online). Beginilah risikonya, bila pendidikan yang terus terpuruk malah diserahkan pada yang bukan ahlinya, maka negara pun terus menerima akibat dari kualitas masyarakatnya yang terus bermasalah dalam kecerdasan intelegensi dan personaliti.

Sebab, orang yang cerdas intelegensi dan personality, marahnya malah tidak perlu sampai bersuara dan mengeluarkan kata-kata. Cukup dengan diam, maka orang yang sedang kena marah dan juga sama-sama cerdas intelegensi dan personality akan tahu dan paham bila sedang kena marah.

Tapi sebaliknya, seperti kejadian netizen marah kepada Microsoft, ibaratnya sudah ditegur dengan keras dan pakai fakta dan data pun, tetap tak merasa bersalah. Padahal hampir seluruh masyarakat Indonesia pun mengamini, sepakat dengan Microsoft. Malah, saat saya tulis artikel menyoal hasil riset Microsoft ini, ada yang mengomentari di kolom komentar, katanya tak perlu hasil riset Microsoft, aslinya memang sudah begitu.

Putus mata rantai

Pun, masyarakat yang saya temui, juga merasakan bahwa kenyataannya, masyarakat kita sudah tak sopan dan kasar dan berharap ada yang menghentikan kondisi ini. Memutus mata rantai sikap kasar, tak sopan, dan tak ramah netizen Indonesia di dunia maya.

Tapi mau berharap kepada siapa? Mustahil bila Pemimpin kita masih memelihara influenser dan buzzer, lalu cebong, kampret, kadrun juga terus dilegalkan beraksi di Republik ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun