Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Saat Pak RT Tetap Ceria Usai Pilkada

11 Desember 2020   01:21 Diperbarui: 11 Desember 2020   01:26 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setali tiga uang, kembali kepada kisah caretaker Ketua RT yang tetap ceria, sejatinya sosok caretaker ini juga memiliki waktu terbatas karena terpaksa menerima permohonan warga di lingkungannya, sebab Ketua RT yang resmi dipilih oleh warga dalam proses pemilihan RT, justru mengundurkan diri dengan alasan utama keterbatasan waktu karena pekerjaan utamanya dari pagi pulang malam, serta menyerah mengurus warga karena susah diatur.

Akhirnya, warga pun memohon kepada warga yang kini menjabat sebagai caretaker Ketua RT agar mengisi kekosongan jabatan hingga periode kepengurusan berakhir.

Sama seperti Ketua RT yang mundur, pekerjaan tetap caretaker juga berangkat pagi pulang malam, namun karena sosok caretaker adalah seorang yang berkerja dalam dunia pendidikan, memiliki sifat humanis-humoris serta sangat berjiwa sosial, maka dengan beban berat yang tidak pernah diinginkannya, demi membantu warga dan komplek meski sebagian besar warga tetap susah dijinakkan, maka sosok caretaker ini selalu tetap nampak ceria.

Sering kali harus merogoh kantong sendiri demi membantu warga yang sakit hingga meninggal. Bahkan, selama pandemi corona, komplek di lockdown, setiap pagi dia sambil kontrol di Pos Satpam, pulangnya sambil membawa koran/majalah langganan warga mengantarnya ke masing-masing rumah karena tukang loper hanya boleh menaruh koran/majalah di  Pos Satpam.

Malam itu, saat kami ngobrol santai pun caretaker ini tetap ceria, padahal juga harus terus berkoordinasi dengan stakeholder terkait karena warganya ada yang kembali positif corona dan harus isolasi mandiri dan warga ini adalah korba positif corona kelima di komplek.

Sebagai gambaran betapa susahnya mengurus warga, saat Pilkada hari itu, dari dua KPPS yang disediakan di kompleknya, ternyata ratusan warga tak hadir ke KPPS dan tak menggunakan hak pilihnya.

Sudah begitu, bila warga diundang rapat, yang hadir hanya berapa gelintir warga, pun bila diminta kerja bakti, tak nongol batang hidungnya, memberi alasan pun tidak.

Saya pikir, masalah di komplek ini, dari mulai sikap warganya dan bagaimana Ketua RT, yakin juga terjadi di puluhan ribu RT-RT di seluruh Indonesia. Sayang fakta masalah di ke-RT-an ini tidak pernah menjadi pembahasan pemerintah.

Harus disadari, Ketua RT sewajibnya menjadi ujung tombak dan paling dekat secara langsung dengan warga, namun kedudukan dan jabatan RT terus sekadar menjadi tempelan. RT pun tak kuasa dapat menindak warga yang tak patuh peraturan lingkungan.

Sampai kapan jabatan RT dan RW akan tak terperhatikan? Bahkan malah dihindari oleh warga karena fakta-faktanya.

Beruntung, di suatu komplek Indonesia, ada caretaker RT yang tetap ceria meski harus membagi waktu, merogoh kantong sendiri demi membantu warga di tengah ekonomi sulit dan pandemi corona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun