Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pesona Pagi di Rammang-Rammang

13 Agustus 2020   13:25 Diperbarui: 14 Agustus 2020   16:01 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pagi di Kampung Berua. Sumber: Koleksi pribadi

Kemunculan Rammang-Rammang sebagai salah satu destinasi wisata di Sulawesi Selatan relatif belum terlalu lama. Bandingkan, misalnya, dengan berbagai kawasan wisata lainnya yang sudah hadir jauh sebelumnya. 

Ada Taman Nasional Bantimurung, Leang Leang, dan lain-lain, yang telah lama menjadi andalan pariwisata Sulawesi Selatan, khususnya Kabupaten Maros.

Menuju sekolah dgn perahu. Sumber: dokpri.
Menuju sekolah dgn perahu. Sumber: dokpri.
Sejarah 'ditemukannya' pun sungguh berliku. Jauh lebih berliku dari liukan Sungai Pute. Kawasan karst Rammang-Rammang awalnya hendak dijadikan tambang pabrik marmer. Bahkan pada tahun 2007 silam, kawasan karst seluas 40 hektar sempat dilelang Pemda Kabupaten Maros untuk dieksplorasi oleh beberapa perusahaan asing.

Namun, masyarakat setempat menolaknya dan bergeming atas tawaran dan iming-iming apapun. Mengingat kawasan inipun sudah dikelilingi beberapa perusahaan tambang semen, maka bisa dibayangkan kerusakan lingkungan yang akan terjadi.

Kegigihan masyarakat yang bersatu menolak usaha pertambangan itu berbuah manis. Perjuangan selama 6 tahun pun berhasil menyelamatkan kawasan ini dan menjadikannya sebagai destinasi wisata alam.

Tahun 2017 kawasan karst Rammang-Rammang akhirnya naik status, setelah ditetapkan sebagai Taman Nasional Geopark. Dan konon kabarnya, juga sedang diajukan ke UNESCO untuk menjadi UNESCO Geopark Global, atau geopark tingkat internasional. Suatu perjuangan yang tidak mudah. Tapi, bukan tidak mungkin, selama pengelolaan kawasan ini terjaga kelestariannya.

Pesona Rammang-Rammang pun mulai disandingkan dengan kawasan pegunungan karst lainnya yang ada di Shilin- Yunnan, China, Krabi- Thailand, dan Ha Long Bay- Vietnam. Tentu saja berbeda. Masing-masing destinasi memiliki keunikan tersendiri.

Jalan menuju Kampung Berua. Sumber: dokpri
Jalan menuju Kampung Berua. Sumber: dokpri
Kembali ke perahu yang masih meluncur....

Setelah Katinting kami merapat di dermaga Kampung Berua, kaki-kaki melangkah cepat menuju spot tujuan di Kampung Berua. Jalan setapak yang sebagian telah dilapisi papan mengantar kami ke pusat pemukiman. 

Semilir angin pagi ikut menyambut. Dingin diam-diam menyusup pelan di balik jaket. Langkah semakin bergegas, mengejar spot untuk menyambut sunrise.

Alam memang selalu menyimpan rahasia keindahannya sendiri. Keindahan yang tidak pernah sama di setiap pagi. Dan di Kampung Berua, yang seakan menjadi jantung kawasan wisata ini, penulis tidak heran menyaksikan betapa banyak pengunjung rela meninggalkan kenyamanan kamar hotel demi sensasi pagi di Rammang-Rammang ini. Beberapa saat lagi matahari pagi siap memancarkan cahaya kemerahannya di ufuk timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun