Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Doeloe Sunda Kelapa, Kini Jakarta

22 Juni 2020   10:30 Diperbarui: 22 Juni 2020   10:34 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suatu hari di Sunda Kelapa. Sumber: Koleksi pribadi

Singkat cerita, orang-orang Belanda yang dipimpin Jan Pieterzoon Coen, akhirnya menaklukkan tentara Jayakarta yang dibantu pihak Inggris. Jayakarta pun memasuki lembaran baru. Belanda segera mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia pada tahun 1621.

Pada periode Batavia inilah, Jakarta mulai dibangun. Jan Pieterzoon Coen (1587-1629) yang dianggap sebagai pendiri kota Batavia, mendirikan banyak bangunan di wilayah Kota Intan dan Batavia lama. Selanjutnya, penerus Jan Pieterzoon Coen ikut menata kota Batavia, dengan jalan-jalan baru, alun-alun cantik, dll.

Ketika Jepang berhasil menguasai Asia pada awal Perang Dunia II, mereka juga mendarat di Jawa dan menguasai Batavia pada bulan Maret 1942. Jepang lalu menamai kota ini "Jakaruta tokubetsu-shi" (Jakarta Special City). 

Akhirnya, setelah Jepang kalah dan menyerah tanpa syarat kepada Amerika, Indonesia pun segera mengambil momentum itu dan deklarasikan Kemerdekaan Indonesia. Nama Jakarta tetap dipertahankan dan digunakan hingga kini.

Itulah sekilas sejarah Jakarta. Dari Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia, hingga Jakarta. Kota ini dibangun, dihancurkan, dibangun lagi, dari satu era ke era berikutnya.

Jejak sejarah Jakarta masih bisa ditelusuri di wilayah antara Pelabuhan Sunda Kelapa, Menara Syahbandar dekat Pasar Ikan, Jembatan Kota Intan, hingga Alun-alun Fatahillah atau Museum Sejarah Jakarta. Dari Gereja Portugis (Gereja Sion), gereja tertua di Jakarta (1695), hingga Masjid Luar Batang, salah satu masjid tertua di Jakarta. 

Begitu juga bangunan bersejarah lainnya yang tersebar di area sekitar Lapangan Banteng dan Lapangan Merdeka, yang masing-masing menyimpan sejarah yang menarik.

Kawasan CBD Jkt. Sumber: Koleksi pribadi
Kawasan CBD Jkt. Sumber: Koleksi pribadi
Sebagai salah satu kota metropolitan terdepan di dunia, Jakarta memiliki hampir segalanya sebagai pusat pemerintahan, politik, perdagangan, keuangan, pariwisata, dll. Deretan gedung pencakar langit berebut menghiasi langit Jakarta. Kawasan CBD (Central Business District) menjadi pusat perkantoran ratusan perusahaan multinasional dan ribuan perusahaan nasional lainnya.

Untuk urusan belanja, tercatat hampir 100-an shopping malls dan pusat bisnis ritel lainnya yang bersaing menggoda pengunjung. Dan di jalan-jalan raya, dari jalan protokol di kawasan bisnis hingga jalan kecil di pinggiran kota selalu padat dijejalin bus kota, mikrolet, bajaj dan sepeda motor. Padat merayap. Hanya covid-19 yang sejenak meredakan semua hiruk-pikuk di jalanan Jakarta.

Di industri pariwisata, Jakarta adalah gerbang utama masuk ke Indonesia. Bandara Internasional Soekarno Hatta dengan tiga terminalnya melayani rata-rata 70 juta penumpang per tahun. Sementara itu, ratusan hotel berbintang, dari bintang dua hingga bintang lima berlomba menarik turis dan pelanggan korporat. Tidak terhitung lagi hotel kelas melati maupun penginapan dalam jaringan Airbnb.

Atraksi wisata di Jakarta tidak kalah menarik hati untuk dikunjungi. Mau yang lebih ke sejarah, silakan ke kawasan Kota Tua, Monumen Nasional dan puluhan museum yang menampilkan jutaan koleksi bersejarah. Yang ingin tahu budaya suku-suku Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah adalah tempat yang tepat untuk didatangi. Sedangkan, yang ingin bermain dengan atraksi yang memacu adrenalin, silakan menuju Dunia Fantasi di Taman Impian Jaya Ancol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun