Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Ini Tips Ketika Menjelajah dan Berbelanja di 2 Bazaar Istanbul

19 Mei 2020   18:00 Diperbarui: 17 Maret 2022   11:51 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase foto Istanbul. Sumber: dok. pribadi

Banyak cara dan tempat untuk shopping. Salah satu opsi yaitu ke bazaar (bazar). Di Indonesia, kata bazar sering identik dengan 'charity sale' yaitu aktivitas pasar untuk pengumpulan dana amal. Meskipun kini, kita temukan juga bazar ala shopping mall di kota-kota besar, yakni program promo belanja dengan diskon besar.

Sementara di sebagian negara di barat daya Asia dan Afrika utara, lebih merupakan 'street market' alias pasar kaki lima. Tapi kalau di Istanbul- Turki, kata 'bazaar' langsung mengarah ke dua pasar aneka rupa barang dengan lorong-lorong bak labirin, yakni Grand Bazaar dan Spice Bazaar.

Grand Bazaar, atau Kapali Carsi, adalah bazar yang paling terkenal di Turki, bahkan di seluruh dunia. Buku "501 Must-Visit Destination" terbitan Bounty Books-London, pun tidak ketinggalan mencantumkan Grand Bazaar sebagai salah satu destinasi yang sangat laik-kunjung di Istanbul- Turki.

Dalam situasi normal (tanpa covid-19), salah satu bazar tertua di dunia ini rata-rata menarik lebih dari 250 ribuan pengunjung setiap hari. Para pelancong dunia pun tidak ragu menyebutnya sebagai salah satu dari  pusat berbelanja pertama di dunia.

Dengan luas 30,700 meter persegi, 4,000-an toko, 25 ribu pedagang, 64 jalan (lorong) dan dikelilingi tembok dengan 18 pintu masuk, maka Grand Bazaar bisa dikatakan sebagai 'covered bazaar' (tertutup oleh atap melengkung seperti kubah) terbesar di dunia. 

Dengan luas seperti itu dan jalan-jalan bak labirin dalam bazar ini, maka berbelanja di bazar ini seperti suatu petualangan saja. Supaya petualangan Anda tidak berjudul "Lost in Grand Bazzar", maka adalah sangat penting untuk mengingat persis tempat Anda masuk sebagai 'meeting point'. Jika tidak, maka bisa dipastikan Anda akan keluar di pintu yang salah.

Interior Grand Bazaar. Sumber: dok. pribadi
Interior Grand Bazaar. Sumber: dok. pribadi
Salah satu cara yang mudah supaya tidak kesasar adalah memperhatikan pintu gerbang masuk dan juga nomor-nomor toko. Biasanya, para pengunjung (turis) selalu diantar masuk lewat pintu gerbang utama dan segera menemukan nomor urut toko mulai dari 1-3-5 dst di bagian kiri dan 2-4 dst di bagian kanan.

Sejarah Grand Bazaar bisa dikatakan sama menariknya dengan sejarah kota Istanbul sendiri. Pada era kekuasaan Ottoman, bazar ini adalah pusat perdagangan emas dan perhiasan yang sangat penting. 

Selanjutnya, secara bertahap terus diperluas hingga seperti sekarang ini. Adalah Sultan Mehmed, Sang Penakluk Konstantinopel, yang mulai membangun Grand Bazaar pada thn 1455/56 untuk memfasilitasi para pedagang dengan suatu tempat berdagang yang lebih layak.

Bazar itu kemudian diperluas pada era Suleyman I dan akhirnya dibangun sesuai kondisi sekarang pada 1701. Dalam perjalanannya, bazar ini juga sudah pernah mengalami berbagai masalah, mulai dari kebakaran sampai lima kali dan gempa bumi (1894), tetapi kemudian dibangun kembali persis seperti desain awal bazar ini.

Sama seperti 'medina' (bagian tertua sebuah kota yang biasanya juga semacam 'market place') kuno lainnya di Timur Tengah dan Afrika, Grand Bazaar dibagi dalam beberapa zona yang menjual barang-barang spesifik, misalnya zona barang-barang antik, zona kulit, perhiasan, rempah-rempah, karpet, dan-lain-lain. 

Dan di bagian-bagian tertentu, kita juga bisa menemukan sebuah cafe kecil untuk beristirahat dan menikmati secangkir kopi Turki atau Teh Apel yang enak.

Suvenir di Grand Bazaar. Sumber: dok pribadi
Suvenir di Grand Bazaar. Sumber: dok pribadi
Untuk berbelanja di sini, paling tidak Anda memerlukan waktu setengah atau bahkan sehari penuh. Jangan hanya mampir di toko-toko bagian depan, tapi coba telusuri lebih jauh ke dalam, di mana Anda bisa menemukan lebih banyak barang dengan harga lebih murah. 

Kata 'murah' di Grand Bazaar sebetulnya sangat relatif, karena sekalipun sudah menawar hampir setengah, kita tidak pernah yakin 100% apakah kita yang tertawa paling keras ataukah sang pedagang, pada akhir sebuah transaksi.

Bagi yang suka berbelanja dan terbiasa tawar-menawar ala Mangga Dua, Grand Bazaar mungkin merupakan sorga. Di bazar sini telah berlangsung ratusan tahun, suatu seni berdagang, adu keahlian, adu strategi, perang urat syaraf antara calon pembeli dan pedagang. 

Jualan ala Istanbul, sering juga disebut rayuan gombal, membutuhkan 'sparring partner' yang sepadan. Jika tidak, maka dalam satu dua jurus, calon pembeli bisa dipastikan telah berubah status menjadi pelanggan.

Berbeda dengan pedagang di pasar-pasar di Jakarta, maka gaya jualan ala Istanbul sungguh sukar ditolak kalau Anda sudah masuk perangkapnya. 

Coba bayangkan, kalau Anda berada di suatu negara asing, tiba-tiba ada yang menyapa Anda dengan sangat ramah, "Halo, Selamat Siang, Anda dari Indonesia ya? Wah, saya punya banyak teman di Indonesia. Ayo, mampir ke kios saya...lihat-lihat saja. Kalau tidak ada yang cocok, juga tidak jadi masalah". 

Begitu langkah kaki Anda melambat, bahkan berhenti, maka jurus berikut segera dilayangkan. Anda segera disuguhi secangkir teh apel, dan ujung-ujungnya Anda keluar dari tokonya dengan terpaksa membawa beberapa tentengan sebagai barter keramah-tamahan sang pemilik toko tadi.

Penjual Suvenir di G.Bazaar. Sumber:dok.pribadi
Penjual Suvenir di G.Bazaar. Sumber:dok.pribadi
Pedagang-pedagang Turki memang sangat terkenal ulet dalam menawarkan dagangannya. Di Istanbul, yang paling gigih menawarkan dagangannya adalah para pedagang karpet. 

Dan Grand Bazaar adalah gudang para perayu ulung bercokol. Tentu saja bagi yang tahu soal seluk-beluk dan harga pasar karpet, maka bisa jadi akan menjadi suatu petualangan yang sangat menarik. 

Tapi bagi yang tidak tahu, maka bisa jadi 'neraka'. Misalnya, ketika Anda menunjukkan sedikit saja minat akan keindahan karpetnya, maka mereka pun akan berusaha dengan berbagai rayuan mengajak Anda masuk ke tokonya.

Jurus selanjutnya yaitu gelaran aneka karpet yang sangat beragam -- kualitas, desain maupun ukurannya. Semua karpet-karpet indah itu digelar di depan Anda, kadang sampai puluhan lembar karpet, sehingga membuat Anda akan merasa 'bersalah' jika nantinya tidak membeli sepotong karpetpun. 

Semuanya dilakukan dengan sangat sopan, menarik dan seolah tanpa kenal lelah mengangkat karpet yang berat, menggelar, dan tentunya harus menggulung kembali puluhan karpet tadi. Sehingga bagi yang tidak terbiasa, dipastikan segera masuk ke dalam jeratan sang pedagang dengan mulai berbicara harga. Inilah babak 'Deal or No Deal'.

Apapun ujung dari adu negosiasi tadi, jangan lupa tersenyum dan nikmati saja semua pengalaman tadi. Bukankah itu juga bagian dari romantika sebuah perjalanan.

Grand Bazaar berlokasi di daerah Beyazit, tidak jauh dari Universitas Istanbul, dan berada di sepanjang jalan Cadircilar, Yeniceriler dan sekitarnya. Buka dari Senin-Sabtu dari pukul 09.00 hingga 19.00 dan tutup di hari Minggu atau hari libur Nasional lainnya.

Kalau tidak terlalu suka dengan suasana bazar yang sangat turistik, maka tak ada salahnya mampir juga di Spice Bazaar atau juga dikenal sebagai Egyptian Bazaar (Misir Carsisi), yang berada di kawasan Eminonu, persis di belakang Mesjid Yeni yang megah. 

Nama bazar ini langsung mengingatkan kita akan bazar lainnya di Cairo Mesir, yakni Khan al Khalili, yang juga banyak menjual rempah-rempah. Apalagi nama bazar ini juga membawa-bawa nama 'Misir' di depannya. :)

Spice Bazaar. Sumber: dok. pribadi
Spice Bazaar. Sumber: dok. pribadi
Seperti tertulis di plakat yang ditempel di dinding dekat pintu masuk Spice Bazaar, sejarah bazar ini berawal dari perintah Safiye Sultan, isteri Sultan Murat III dan juga ibunda Sultan Mehmed III, untuk mulai membangun bazar ini di tahun 1597. 

Lalu, 67 tahun kemudian, atas instruksi Hatice Turhan Sultan, Ibunda Sultan Mehmed IV, diselesaikan oleh arsitek terkenal Mustafa Agha, sebagai bagian dari komplek Yeni Cammi (Mesjid Yeni). 

Versi lainnya menyatakan bahwa bazar ini dibangun oleh Sultan dengan modal dari pajak yang diperoleh dari Mesir atas hasil dagangan komoditas, khususnya rempah-rempah. Karena itulah bazar ini disebut 'Egyptian Bazaar'. 

Konstruksi Spice Bazaar terakhir direstorasi tahun 1943, ketika konter-konter pedagang dari kayu dibongkar dan digantikan dengan model kios-kios lebih moderen. 

Ada sekitar 85 toko dan 6 pintu masuk di bazar ini. Selain beberapa toko rempah-rempah, sejatinya Spice Bazaar telah kehilangan nilai orisinalitasnya. 

Sebagian besar pedagang tidak hanya menjual rempah-rempah, tapi juga berbagai kebutuhan harian lainnya, seperti ikan, sayuran, keju gelondongan, dan lain-lain.

Toko-toko di Spice Bazaar. Sumber: dok.pribadi
Toko-toko di Spice Bazaar. Sumber: dok.pribadi
Di sini kita juga bisa menemukan berbagai barang-barang pajangan, oleh-oleh terkenal khas Turki seperti Apple Tea, Turkish Delight, dan lain-lain, sampai barang-barang super wah seperti kostum Belly Dancers dan Turkish viagra! Dan berbeda dengan Grand Bazaar, di sini kita lebih leluasa untuk berbelanja atau sekedar berjalan-jalan santai. Mayoritas pengunjung di sini adalah warga lokal Istanbul dan tidak terlalu banyak turis asing.

Spice Bazaar berlokasi di kawasan Eminonu yang relatif mudah dijangkau, yaitu persis di seberang dermaga Galata atau di belakang Mesjid Yeni yang juga cukup terkenal. Kawasan sini juga selalu ramai sepanjang hari. 

Jika lelah menyusuri lorong-lorong di bazar, Anda bisa saja melepas kepenatan dengan duduk-duduk di atas anak tangga Mesjid Yeni yang dipenuhin ratusan burung merpati. Atau menikmati kesibukan di dermaga Galata, yang sarat dengan warna lokal.

Bazar-bazar itu kini hanya berbalut sepi. Keriuhan sementara menjauh. Tapi seperti kata pepatah, "No storm can last forever". Keramaian di bazar pasti akan kembali. 

Jakarta, 19 Mei 2020
Oleh: Tonny Syiariel

Catatan:
Semua foto-foto adalah koleksi pribadi. Sebagian bersumber dari akun IG @tonnysyiariel

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun