Tak menunggu lama, Tawas pun menuju ke tambak ikan milik ayahnya. Sesampainya di sana, ia mengeluarkan sebilah parang yang tajam. Dengan sekali tebas, lengannya pun putus dan mengucurkan darah menganak sungai. Darah yang demikian banyak membuat kolam memerah.
     Pak Tahang segera berendam di kolam itu dan terjadilah keajaiban, penyakit yang dideritanya bertahun-tahun pun langsung hilang tanpa bekas. Kutukan pada dirinya lenyap atas pengorbanan sang putri  ketiga.
"Terima kasih, Putriku ! Maafkan ayah telah membuatmu susah, Nak !" Pak Tahang menangis tersedu-sedu.
Keajaiban berikutnya pun terjadi. Air mata penyesalan Pak Tahang membuat lengan Tawas yang sudah terpotong, secara ajaib kembali utuh seperti semula. Ditambah raut wajahnya pun kini menjadi cantik jelita.
Pak Tahang sangat bahagia melihat putrinya telah menjelma menjadi  seorang wanita yang penuh pesona. Kecantikannya terpancar dari dalam hatinya yang mulia. Saudagar itu pun memeluk erat putrinya itu. Sifatnya yang sombong dan arogan pun kini telah berubah menjadi seorang yang lemah lembut dan bijaksana.
Tambak ikan Pak Tahang kini dikenal dengan sebutan Aik Tawas, untuk mengenang bakti sang putri ketiga demi kesembuhan sang ayahanda. Pada sore hari, banyak orang datang bercengkerama sambil menikmati indahnya panorama matahari terbenam di ufuk Barat. Ikan-ikan yang banyak juga menjadi daya tarik bagi orang-orang yang berkunjung ke situ. Aik Tawas pun menjadi lambang bakti seorang anak.
Bikin merinding ya ceritanya ? Tapi berakhir bahagia kok. Makanya kita hindari sifat sombong ya! Selalu rendah hati dan bersemangat menebarkan kebaikan! Amin! Dan bersemangat juga melanjutkan wisata ke Pesona Bangka Selatan selanjutnya! Ayo jalan lagi!