Mohon tunggu...
TONI PRATAMA
TONI PRATAMA Mohon Tunggu... Administrasi - Kepala Bagian Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Daerah Bangka Selatan

Saya mulai fokus menulis sejak tahun 2023 dengan menerbitkan 2 buku solo dan belasan buku antologi. Salah satu karya saya berupa novel diterbitkan penerbit Bhuana Ilmu Populer (BIP) Gramedia Group. Prestasi yang pernah saya raih yaitu juara 1 lomba menulis cerita rakyat yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Arsip Bangka Belitung tahun 2023. Menulis dan membaca tentu menjadi kegiatanku saat waktu luang. Semoga bisa terus berkarya, karena ada kalimat yang sangat menginspirasiku: JIKA KAMU INGIN MELIHAT DUNIA MAKA MEMBACALAH, JIKA KAMU INGIN DILIHAT DUNIA MAKA MENULISLAH!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luka Itu Menganga

11 Mei 2024   21:06 Diperbarui: 11 Mei 2024   21:09 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

              "Mamaku yang itu," bantah anaknya sambil menunjuk Atun.

              "Iya, itu mama juga, ini mama juga," Ana mencoba menjelaskannya.

              "Jadi mamaku ada dua? Horeeee....!" anak kecil itu senang-senang saja.

              "Iya, Sayang! Coba lihat apa yang mama bawa buat kamu," kata Ana sambil menyodorkan sebuah bungkusan besar.

              "Wahhh...! Boneka beruang! Adik ingin sekuat beruang nantinya, Ma! Terima kasih, Mama!" anaknya kegirangan mendapatkan hadiah. Dipeluknya boneka itu dan ditenteng ke sana kemari.

Sebutir air bening haru menetes di pelupuk matanya saat si anak memanggilnya "mama". Sebuah panggilan yang sudah lama ia nantikan. Air matanya semakin deras saat anak terkasihnya memeluknya dengan hangat. Sebuah kerinduan yang tuntas terbayarkan oleh kebahagiaan yang tak dapat diungkapkan dengan bahasa apa pun di dunia ini.


Sebenarnya, luka yang pernah menganga dulu tidak pernah sembuh sepenuhnya. Sakitnya membekas hingga dada terasa sesak. Kembali ke kota kecil itu bagai meniti jalan kenangan yang penuh genangan air mata. Namun inilah realita kehidupan. Segetir apa pun kenyataannya, harus tetap dijalani. Yang menjadi penyemangat hidupnya saat ini adalah melihat sang anak tumbuh dan berkembang menggapai masa depan yang lebih baik.

Sekembalinya, Ana mulai merintis usaha dengan mempraktekkan keterampilan yang dipelajarinya kemarin. Pagi-pagi sekali, ia membuat kue-kue jajanan dan dititipkannya di beberapa warung kopi yang ramai pengunjung setiap hari. Siang harinya, ia mengolah abon ikan dan mengambil upah jahitan dari beberapa langganan. Usahanya cukup membuahkan hasil. Dalam beberapa tahun pertama, Ana sudah dapat membeli motor dan beberapa perhiasan untuk investasinya di jangka panjang.

"Ana!" sebuah suara yang tidak asing memanggilnya.

Saat dia menoleh, orang yang pernah mengusirnya dulu berdiri di hadapannya.

"Iya, Bu! Apa kabar?" sapa Ana, menahan kepedihan hatinya yang seketika muncul lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun