Mohon tunggu...
TOMY PERUCHO
TOMY PERUCHO Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Agama : Islam. Pengalaman kerja : 1994-2020 di Perbankan. Aktif menulis di dalam perusahaan dan aktif mengajar (trainer di internal perusahaan) dan di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saya Tidak Tahu...

30 Juni 2020   22:30 Diperbarui: 30 Juni 2020   22:38 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu ketika seorang ayah sedang bekerja di kantor, tiba2 ia menerima telepon dari pihak sekolah... ia diminta untuk menemui guru anak nya di sekolah. Guru anaknya tersebut menyampaikan informasi mengenai kenakalan si anak, salah satunya ketika bermain bola ia memecahkan kaca jendela sekolah.

Atas informasi tersebut, sang Ayah diminta mengingatkan anaknya untuk segera memperbaiki perilakunya agar tidak terkena hukuman yang lebih berat. Selain itu, ia juga harus mengganti kaca jendela yang pecah tadi...

Sebagai orang tua si ayah tentunya harus bertanggung jawab atas segala perbuatan anaknya...walaupun ia tidak mengetahui kejadiannya secara langsung. Sebagai orang tua, apakah si ayah akan atau dapat menghindar dari hal ini ?

Belum lama ini, seorang pimpinan dimutasi karena perbuatan anak buah nya. Hal tersebut merupakan refleksi dari bentuk tanggungjawab untuk melakukan perbaikan didalam organisasinya.

Sebagai pimpinan tertinggi dalam suatu otoritas wilayah, tentu sang pimpinan dituntut untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi yang berada dalam kewenangan dan tanggungjawabnya. 

Sedangkan di Asia serta di negara2 maju seperti di Eropa, seorang Perdana Menteri mundur karena ia merasa harus bertanggungjawab atas perbuatan salah satu menteri nya. Seorang menteri mengundurkan diri bila ia melakukan penyimpangan atau kesalahan, dst.

Mengundurkan diri dan siap menerima segala konsekuensi mencerminkan mentalitas dan integritas, sikap tanggung jawab moral sebagai seorang pemimpin. Bagaimana dengan di negara kita?

Pada banyak berita mengenai kasus korupsi yang diulas media massa, ada hal yang "menarik" sekaligus sangat memprihatinkan..... yaitu jawaban atau pengakuan dari para pelaku korupsi dan orang2 yang terlibat didalamnya adalah "Saya tidak tahu..., saya tidak ingat, saya lupa...kan saya tidak di tempat... hingga tidak ingat sama sekali karena mengalami amnesia tiba2.

Jawaban "Saya tidak tahu...", kelihatannya merupakan jawaban yang paling populer, mudah dan terkesan tidak professional, bahkan dijadikan jawaban pamungkas dari orang2 yang mengalami gangguan pada integritasnya, sebagai salah satu upaya untuk menghindar dari tanggungjawab.

Rasanya kurang pantas bila seorang pemimpin / professional menjawab "Saya tidak tahu..." ketika ditanya oleh pimpinannya, mengenai hal yang terjadi didalam scope authority atau kewenangannya, karena hal tersebut bisa mengartikan keragu2an... yaitu : ia memang benar2 tidak tahu, ia sebenarnya tahu tetapi pura2 tidak tahu, dan yang paling parah ia tidak mau tahu sama sekali alias menghindar dari tanggungjawab. 

Di bawah ini beberapa contoh jawaban seorang pemimpin yang baik, antara lain :

  • Bila ia tidak tahu, "saya akan segera mencari tahu lebih jauh tentang hal ini dan saya segera sampaikan feedbacknya..."
  • Bila ia mengetahui duduk permasalahannya, "baik saya segera tindaklanjuti dengan mengambil langkah2/tindakan sesuai peraturan yang berlaku..."
  • Bila ternyata ia atau anggota teamnya menghadapi masalah..." sebagai pimpinan kelompok/team ini, saya bertanggung jawab dan siap menerima segala konsekuensi atas hal ini, saya akan segera mengambil  langkah2 untuk memperbaikinya".

Informasi di atas hanyalah analogi sederhana mengenai pentingnya integritas, sikap professional, ksatria, gentleman, dan bertanggungjawab. 

Pertanyaannya sekarang, bagaimana dengan sikap tanggung jawab kita selama ini? Dan bagaimana yang seharusnya di dalam menjalankan peran kita sebagai pemimpin baik di rumah tangga, lingkungan, suatu unit kerja atau minimal sebagai pemimpin untuk diri kita sendiri guna menegakkan sikap bertanggungjawab tersebut.

Seseorang dikatakan sebagai pemimpin, karena ia dianggap mampu untuk memimpin suatu kelompok/team guna melaksanakan serta mempertanggungjawabkan amanat yang diberikan kepadanya.

Bagaimana bisa dikatakan sebagai pemimpin bila kita tidak dapat memberikan teladan kepada orang2 yang kita pimpin melalui sikap tanggungjawabnya? Apa jadinya bila kita sebagai pemimpin lari dari tanggungjawab?

Selain itu, pada hakikatnya, seorang Pemimpin itu merupakan Orang tua, Panutan, sekaligus Guru bagi orang2 atau kelompok yang dipimpinnya. Sebagaimana peran orang tua, ia dituntut untuk mampu membimbing dan mengayomi seluruh anggota keluarganya. 

Selain itu, sebagai pemimpin ia tidak boleh hanya sekedar mengeluarkan perintah/instruksi2 semata, tetapi Ia harus dapat menjadi panutan melalui tindakan nyata dan bukan sekedar kata-kata (Walk the talk & Lead by Example). 

Oleh karena itu, integritasnya tidak boleh diragukan. Ia harus mampu menjadi role model bagi team nya, melalui contoh2 perilaku secara nyata pada setiap perkataan, sikap, perilaku serta perbuatannya. Pemimpin sekaligus merupakan guru bagi kelompoknya, arti "Guru" di sini adalah : Di-gugu dan Di-tiru, artinya : orang yang dipatuhi perintah nya dan diikuti segala perilakunya.

 Tidak dipungkiri bahwa pada saat ini sulit menemukan pemimpin yang teguh didalam menegakkan sikap bertanggungjawab, namun setidaknya kita masing2 harus terus berupaya untuk menanamkan nilai2 tanggungjawab tersebut sejak dini.

Bila setiap individu memiliki komitmen yang kuat di dalam membangun rasa tangggungjawab yang tinggi, dimulai dari hati dan pikiran, kemudian tercermin dalam sikap dan perilaku yang secara terus menerus dilakukan secara konsisten, maka akan membentuk karakter yang baik.

Itu akan berdampak pada terciptanya budaya tanggungjawab di dalam organisasi, sehingga mampu mendorong perusahaan menjadi organisasi yang unggul karena orang2 yang ada di dalamnya berintegritas dan bertanggungjawab. Dan pada akhirnya ...

"Kualitas seorang pemimpin bukan terletak pada tingginya kedudukan, pangkat atau jabatan yang disandang nya... tetapi tercermin pada keberaniannya dan sikapnya dalam bertanggungjawab atas amanat yang diberikan dan diembannya." Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun