Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Diajarin jadi Tahu, Belajar Sendiri jadi Pandai

12 Oktober 2016   19:46 Diperbarui: 15 April 2019   14:21 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar (Quotefancy)

Hai… Pernah nggak kalian belajar di kelas atau di tempat kerja, terus berhadapan dengan orang yang galak dalam mengajar. Pokoknya bawaanya mau salah tingkah dan mati gaya aja gara-gara gaya ngajarnya yang tidak bikin nyaman. 

Kalau pernah, tenang aja kalian nggak sendirian kok. Belum lagi nih momen-momen di depan banyak orang, pokoknya bukanya fokus belajar atau memahami materi, pikiran kita malah sudah ketakutan duluan karena tahu, tanpa di duga-duga, dia bisa saja menegur kita dengan suara keras di iringi bahasa yang tidak enak, di depan umum lagi. Bukan hanya tidak enak di hati, tapi situasi begini juga bisa bikin kita malu. Soalnya kita jadi kelihatan bodoh bangetlah..

Nah ini sih hanya contoh, bukan mau bicarain siapa-siapa. Tapi terkadang dalam pengamatan saya, ada saja atmosfer belajar yang menegangkan, hingga terlalu berlebihan jika di bandingkan dengan ilmu yang diajarkan. 

Jadi si pengajar tuh bikin suasana menegangkan, sok serius, seolah-olah kalau suasananya santai kita tuh bakal tidak mengerti dan menangkap apa yang di ajarkan. Atau nih, si pengajar merasa wibawa ilmu yang diajarkanya menjadi jatuh kalau hal itu disampaikan dengan cara yang menyenangkan. 

Tidak salah sih, itu hak si pengajar, kan setiap orang punya metode yang berbeda-beda dalam mengajarkan sesuatu. Tapi ya gitu, hal itu bikin tidak nyaman dan parahnya malah bikin kita sulit menangkap apa yang di ajarkan.

Nah, seperti biasa tulisan ini hanya sekedar observasi sederhana ditambah pengamatan sehari-hari yang saya lakukan seputar dunia ajar-mengajar, jadi teruslah membaca, kayak status si cantik Maria Vania yang saya  copas dari akun Instagramnya, ”Don't stop when u're tired, stop when u're done,” Asyikk..

1. Tergantung Kebutuhan Belajarnya untuk Apa

Suatu hari saya disuruh mempelajari sesuatu di tempat kerja. Tapi ada argumen yang mengatakan bahwa butuh waktu berbulan-bulan bagi saya untuk mempelajari hal tersebut. ”Satu hari mah kagak cukup,” begitulah kira-kira argumennya. 

Saya pun menjawab, memang betul sih satu hari tidak cukup untuk mempelajari hal tersebut. Tapi saya menambahkan tergantung belajarnya untuk apa dulu. Belajar untuk mengerjakan (how  to) atau belajar untuk memahami. Kebetulan saya waktu itu hanya perlu tahu pola dan cara kerjanya secara teori.

Nah di sinilah bedanya, waktu berbulan-bulan yang dimaksudkan itu adalah waktu belajar yang dibutuhkan untuk menjadi ahli, untuk menjadi seseorang yang paham betul mengoperasikan sesuatu yang dipelajari itu. 

Ibaratnya pembalap, dia tidak perlu bisa bagaimana cara memperbaiki hingga merakit mesin, tapi dia harus tahu cara kerja dan setelan sebuah motor yang pas dalam suatu kondisi yang berbeda-beda. Jadi bedakan ya mana belajar untuk how  to dengan belajar untuk paham dan mengetahui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun