Mohon tunggu...
YUDHITA PRATAMA
YUDHITA PRATAMA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Cukupkan yang ada yang ada itu Cukup Jangan mencari yang Tiada.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Mengapa BAPER di Dunia Digital Jadi Komedi Sendiri

4 Maret 2024   10:09 Diperbarui: 4 Maret 2024   10:34 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dok Pribadi

Apakah kamu pernah merasa 'baper' saat berinteraksi di dunia digital? Mungkin teman-teman pernah marah karena komentar seseorang di media sosial, atau sedih karena tidak mendapat balasan dari gebetan kamu di chat. Atau mungkin teman-teman pernah senang karena mendapat like banyak dari orang yang kamu sukai, atau cemburu karena melihat foto mantan kamu bersama orang lain. Jika teman-teman pernah mengalami hal-hal seperti itu, maka kamu termasuk orang yang 'baper' di dunia digital. 

Dalam era digital yang semakin mendominasi kehidupan kita, fenomena 'Baper' (Bawa Perasaan) telah menjadi sebuah konsep yang tak bisa dihindari. Terutama dalam interaksi online, 'Baper' telah menjadi bagian yang tak terpisahkan, bahkan sering kali menjadi sumber hiburan dan komedi tersendiri di media sosial. 

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi mengapa 'Baper' di dunia digital bisa menjadi komedi sendiri, dengan menguraikan konsep tersebut dan memberikan contoh-contoh yang menggambarkan betapa absurdnya beberapa situasi 'Baper' dalam interaksi online.

'Baper' adalah singkatan dari 'bawa perasaan', yang berarti terlalu memasukkan perasaan dalam suatu hal. Konsep ini sebenarnya sudah ada sejak lama, tetapi semakin populer seiring dengan perkembangan teknologi digital. 

Kini, kita bisa berkomunikasi dengan orang-orang di seluruh dunia melalui internet, baik melalui media sosial, aplikasi chat, email, maupun video call. Namun, komunikasi digital ini juga membawa dampak tersendiri bagi perasaan kita.

Fenomena 'baper' di dunia digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dari interaksi online, terutama di media sosial. Media sosial adalah tempat dimana kita bisa mengekspresikan diri, berbagi informasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Namun, media sosial juga bisa menjadi sumber stres, konflik, dan kesalahpahaman.

Dunia digital menjadi panggung bagi fenomena 'Baper' (bawa perasaan) yang seringkali memunculkan situasi yang kocak dan ironis dalam interaksi online. Analisis mendalam menunjukkan bahwa 'Baper' cenderung terjadi saat seseorang terlalu terbawa perasaan atau terlalu sensitif terhadap komentar atau situasi di media sosial. 

Sebagai contoh, dalam sebuah percakapan di platform media sosial, seseorang mungkin dengan cepat merespons dengan intensitas yang tidak proporsional terhadap suatu komentar atau postingan, menciptakan situasi yang lucu dan ironis. 

Dalam konteks ini, 'Baper' menjadi sumber humor yang tak terduga dalam interaksi digital, karena seringkali hasilnya lebih mengundang tawa daripada empati.

Dalam banyak kasus, meme-meme digital menjadi sarana untuk menggambarkan situasi 'Baper' dengan cara yang menghibur. Contoh-contoh kasus yang dijadikan materi meme sering kali menunjukkan absurditas dari reaksi 'Baper' dalam situasi yang sebenarnya sepele. 

Misalnya, sebuah meme bisa menggambarkan seseorang yang sangat 'Baper' karena tidak mendapat like yang cukup banyak pada postingan terbarunya, atau reaksi berlebihan terhadap komentar netizen yang sifatnya candaan ringan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun