Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ngabalin Senang, Ruhut Menghimbau, Gus Nur Menyedihkan, Denny Meledek, Refly Was-was

24 Oktober 2020   16:53 Diperbarui: 24 Oktober 2020   17:02 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar bagikanberita.pikiran-rakyat.com

"PATEN, Alhamdulillah Wasyukrillah Walaa haulaa walaa quuwata illa billah. Mari bareng-bareng kita tengok macam manaa muka makhluk ini. BRAVO POLRI institusi NEGARA paten abis sekali lagi selamat BARESKRIM Bareskrim Tangkap Gus Nur di Malang!," ucap Ngabalin.

Bareskrim Polri menangkap Suri Nur Rahardja alias Gus Nur di Malang. Jadi Gus Nur ini ditangkap karena laporan dari Nahdlatul Ulama.Gus Nur Dianggap menyebarkan informasi Untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan yang bermuatan SARA dan penghinaan.

Sebelumnya, dalam sebuah wawancara bersama Refly Harun, Gus Nur membuat sebuah pernyataan.

Dirinya mengibaratkan bahwa NU merupakan sebuah bus yang sopir, kernet hingga penumpangnya tidak beres.

Ia mengungkapkan bahwa sopir dari bus NU ini mabuk, kondekturnya teler dan kernetnya juga begitu pula.

Sedangkan penumpangnya diibaratkan Gus Nur kurang ajar semua dimana isinya perokok, suka bernyanyi dan buka aurat serta suka dangdutan. Menurutnya, kesucian NU telah hilang.

"Setelah rezim ini lahir, tiba-tiba 180 derajat berubah. Saya ibarat NU sekarang seperti bus umum sopirnya mabuk, kondekturnya teler, kernetnya juga begitu, dan penumpangnya kurang ajar semua. Perokok juga, nyanyi juga, buka aurat juga, dangdutan juga. Jadi kesucian NU yang selama ini saya kenal itu enggak ada sekarang ini," kata Gus Nur dalam tayangan di Channel Youtube Refly Harun pada Senin, 19 Oktober 2020.

Saya tidak bermaksud membahas kasus ini secara spesifik. Tapi isu kebebasan bicara memang cukup meresahkan saya. Bukan hanya pada Gus Nur, pada mereka-mereka yang sebelumnya sudah dipolisikan karena berpendapat juga cukup membuat saya sedih.

Gus Nur memakai analogi atau metafora untuk mengkritik Nahdlatul Ulama, buat saya hal itu justru bagus artinya Gus Nur melakukan pendekatan yang berbahasa.

Metafora atau analogi yang dipakai Gus Nur seperti yang sudah saya kutipkan di atas justru memperlihatkan ada pertimbangan moral bagi Gus Nur jika langsung mengkritik Nahdlatul Ulama secara langsung dengan bahasa yang Straight.

Beberapa informasi yang saya baca memang mengatakan Bukan sekali ini saja Gus Nur mengkritik Nahdlatul Ulama. Saya tidak mengikutinya Jujur Saja. Tapi menurut saya itu tidak mengubah apapun.

Sebab zaman sekarang orang berpendidikan senangnya main lapor polisi. Kalau kita lihat zaman dulu bagaimana para ilmuwan saling Serang, para teolog saling adu argumen, bahkan sampai memakai surat-menyurat untuk saling mendukung posisinya.

Zaman sekarang semua bisa dipenjarakan, tersinggung sedikit lapor polisi. Terlepas dari kasus Gus Nur yang saya tidak ikuti seluruhnya, Menurut saya kita mengalami kemunduran.

Saya berharap setelah generasi tua dan generasi kelahiran saya lenyap, anak-anak yang nanti tumbuh besar bisa lebih santai dan asik dalam beradu pendapat tanpa perlu saling memenjarakan. Biarlah pak polisi menangani kasus yang lebih besar tak perlu direpotkan dengan aduan yang ke balita-balitaan.

Balita kan begitu kalau diganggu temennya sedikit mengadu pada orang tua. Maka saya tidak setuju pengkritik Nahdlatul Ulama ditangkap.

Di sisi lain Ruhut Sitompul merespon penangkapan ini dengan himbauan agar semua pihak menghormati proses hukum.

"SugikNur diamankan Pihak yg Berwajib, mohon Kita semua bersabar hormati penanganan yg dilakukan Kepolisan yg sangat profesional jgn ada yg coba2 ingin melakukan dukungan dgn melanggar hukum MERDEKA."Ruhut Sitompul.

Saya tidak sepenuhnya setuju dengan ungkapan Ruhut. Kalau dukungan yang dikaitkan dengan agama saya tidak setuju. Tapi kalau dukungan untuk kebebasan berbicara saya setuju.

Jangan lagi ada penangkapan karena berpendapat dan mengkritik. Sementara itu di sisi lain, pegiat sosial Denny Siregar merespon penangkapan Gus Nur dengan gaya meledek.

"Saya kok curiga.. Jangan2 Refly disusupkan oleh aparat untuk menjebak, supaya bisa menangkap orang2 kayak Sugik.. Bisa jadi..."Denny Siregar.

Setelah kejadian ini perlukah orang takut untuk berbicara? Harusnya jangan. Demikian juga sosok seperti Refly Harun, pakar hukum tata negara ini, sebaiknya memberi masukan-masukan untuk pemerintah.

Juga jangan berhenti atau was-was untuk memberi panggung pada mereka yang dinilai perlu didengarkan suaranya. Di sini saya tidak sedang pro atau kontra dengan pemerintah atau lembaga pendukungnya.

Yang saya sorot adalah isu kebebasan berbicaranya. Saya ingat pak Mahfud MD pernah bilang, klo yang dikritik itu lembaga tidak bisa dipidana.

Ini zaman keterbukaan, tidak asyik banget dikit-dikit main lapor. Selama tidak hoaks, biarlah tiap orang bebas bicara. Jangan langsung play victim, merasa korban.

Ya kan NU punya jubir, diplomasi dong. Kalo gitu kenapa Denny Siregar tidak diproses soal isu santri saat Denny memakai foto santri untuk membahas teroris. Padahal Denny sudah dilaporkan ke polisi. Harus fair dong.

Makanya santuy dikitlah, jangan dikit-dikit diberesin pakai polisi. Kan bisa ngobrol dulu, atau direspon dengan argumen. Selama yang benar gak merangkul dan terus menyudutkan yang salah mereka tidak akan sadar dan malah merasa jadi martir. Ayo dong dipilah-pilah jangan semua main polisi. Kita ini sesama rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun