Air Mata Perjuangan: Kisah di Balik Ujian Tesis Meraih Gelar Magister
Oleh: Tobari
Hari ini, Jumat 22 Agustus 2025, ruang rapat lantai 2 Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Palembang dipenuhi suasana serius sekaligus penuh harapan.
Di tempat inilah perjuangan panjang seorang mahasiswa diuji, ketika Lisma Ramadani (NIM 92223039), mahasiswa Program Studi Manajemen, mempertahankan hasil penelitiannya dalam ujian tesis.
Judul tesis yang ia bawakan adalah "Pengaruh Motivasi Kerja, Disiplin Kerja, dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan LRT (Light Rail Transit) Sumatera Selatan."
Sebuah topik yang tidak hanya penting dalam dunia akademik, tetapi juga memberi kontribusi nyata bagi perbaikan kinerja lembaga transportasi modern yang menjadi kebanggaan masyarakat Palembang.
Puncak Sebuah Perjalanan Ilmu
Ujian tesis bukan sekadar ritual akademik, melainkan puncak sebuah perjalanan panjang.
Sebelumnya ada banyak tahap yang telah dilalui: membaca literatur, berdiskusi dengan pembimbing, mengolah data penelitian, hingga menulis dengan tekun berlembar-lembar tesis.
Semua itu menuntut ketekunan, kedisiplinan, serta doa yang tiada henti.
Setiap mahasiswa yang duduk di hadapan para penguji bukan hanya membawa kertas berisi teori, tetapi juga membawa cerita perjuangan, pengorbanan keluarga, dan doa orang tua.
Maka, ketika sebuah tesis dipresentasikan, yang sebenarnya tampil bukan sekadar karya tulis, melainkan buah dari keteguhan hati dan kerja keras.
Tim Penguji: Penjaga Mutu Akademik
Dalam ujian ini, Lisma Ramadani diuji oleh tim dosen berpengalaman yang menjadi penjaga standar akademik: 1. Prof. Dr. Fatimah, S.E., M.Si. (Ketua Penguji); 2. Dr. Tobari, S.E., M.Si. (Sekretaris); 3. Dr. Trisniarty A.M., S.E., M.M. (Anggota I); 4. Dr. Yudha Mahrom DS, S.E., M.Si. (Anggota II); 4. Dr. Fadhil Yamaly, S.E., Ak., M.M. (Anggota III).
Para penguji ini tidak hanya hadir untuk menilai, tetapi juga membimbing dengan pertanyaan, arahan, serta masukan berharga agar penelitian mahasiswa memenuhi standar akademik.
Suasana ruang ujian begitu khidmat, setiap kata yang disampaikan penguji menjadi pengingat sekaligus motivasi.
Seyogyanya Lisma pun bisa menjawab dengan nalar yang penuh kesabaran dan penuh perhatian, berusaha meyakinkan bahwa karyanya lahir dari proses panjang dan sungguh-sungguh.
Di tengah ujian, Lisma sempat meneteskan air mata. Air mata itu mencerminkan beratnya perjuangan yang telah ia jalani, mulai dari menulis, mengolah data, hingga mengatur waktu di tengah kesibukan.
Namun ia tidak menyerah, justru semakin tegar menghadapi kritik yang disampaikan, yang akhirnya dinyatakan lulus dalam ujian tersebut, dengan catatan perbaikan sesuai saran dan masukan dari tim penguji.
Momen haru ini memberi kesan mendalam, bahwa gelar magister bukan sekadar prestasi akademik, tetapi juga buah dari doa, pengorbanan, dan perjuangan.
Transportasi Modern, Butuh SDM yang Unggul
Topik penelitian Lisma layak mendapat perhatian. LRT Sumatera Selatan bukan hanya sarana transportasi, tetapi simbol kemajuan daerah.
Pertanyaan pentingnya adalah: bagaimana kualitas SDM yang mengelolanya? Apakah motivasi kerja, disiplin, dan kepemimpinan sudah cukup untuk mencetak kinerja yang prima?
Melalui tesis ini, Lisma memberi jawaban ilmiah bahwa keberhasilan sebuah organisasi tidak hanya diukur dari teknologinya, tetapi juga dari manusianya.
Transportasi bisa modern, gedung bisa megah, tetapi tanpa SDM yang disiplin, termotivasi, dan dipimpin dengan baik, semuanya tidak akan berjalan maksimal.
Ilmu yang Meninggikan Derajat
Al-Qur'an menegaskan:
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah: 11)
Ayat ini memberi pesan bahwa ilmu bukan sekadar gelar, tetapi jalan untuk mengangkat martabat manusia.
Ujian tesis hanyalah pintu masuk; yang lebih penting adalah bagaimana ilmu itu diamalkan demi memberi manfaat bagi orang banyak.
Harapan untuk Masa Depan
Dari ruang rapat lantai 2 Pascasarjana UMP ini, lahirlah harapan-harapan baru.
Setiap mahasiswa yang lulus diharapkan bukan hanya menjadi profesional di bidangnya, tetapi juga menjadi insan yang berakhlak, memberi solusi, dan membawa perubahan positif bagi masyarakat.
Sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mengingatkan kita:
"Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim No. 1631)
Ilmu yang bermanfaat adalah amal jariyah yang tak ternilai, dan ujian tesis ini adalah langkah penting menuju terwujudnya ilmu yang benar-benar memberi cahaya bagi kehidupan.
PenutupÂ
Ujian tesis adalah puncak sebuah perjalanan, namun sesungguhnya ia bukanlah akhir.
Setiap perjuangan akademik akan bermuara pada satu hal: memberi cahaya bagi kehidupan.
Maka, hari ini kita tidak hanya menyaksikan ujian seorang mahasiswa, tetapi juga lahirnya generasi baru yang siap berkontribusi.
Ilmu yang diperoleh dengan jerih payah adalah bekal yang tak akan pernah habis.
Gelar magister bukanlah sekadar simbol prestasi, melainkan amanah untuk diamalkan.
Setiap teori, data, dan gagasan dalam tesis harus menumbuhkan manfaat nyata di tengah masyarakat.
Sejatinya, di balik setiap gelar ada kisah panjang pengorbanan, doa yang tak putus, serta tekad yang kokoh.
Ketika semua itu dirangkai, jadilah ia amal jariyah yang terus mengalirkan kebaikan, meski sang pemilik ilmu telah tiada.
Ditulis oleh Tobari, Dosen Pascasarjana/FEB bidang Manajemen di UM Palembang. Alumni S2 Psikologi UGM (1998) dengan kekhususan Psikometri, telah menulis lebih dari 285 artikel dan 23 judul buku, juga sebagai penulis dan editor Majalah INKUIRI LLDikti Wilayah II.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI