Mohon tunggu...
Tjitjih Mulianingsih Ws
Tjitjih Mulianingsih Ws Mohon Tunggu... Guru - Guru yang menyukai menulis dan berkebun

Guru yang menyukai menulis dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cemburu] Akhir Cerita Cemburu Rumpun Melati pada Serasah Daun Mangga

3 November 2018   08:25 Diperbarui: 3 November 2018   08:48 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumpun Melati Doc Pribadi

"Embun dapat mempercepat proses kami kembali ke tanah putri cantik," lanjut serasah daun mangga.

"Namaku bukan putri!" Teriak Rumpun Melati.

"Ouh, maaf," jawab serasah daun mangga terkejut, tak menyangka Rumpun Melati akan meneriakinya lagi setelah perbincangan singkat tadi.

"Kamu cantik sekali dengan bunga putih dan wangi, itulah mengapa kupanggil putri."  Serasah daun mangga menjelaskan dengan sabar.

Rumpun melati tak menjawab, perasaaannya antara senang dan sebal.  Tetapi akhirnya dia menjawab dengan memberikan wanginya pada serasah daun mangga.  Dia bahagia, sudah lama sekali tak ada yang memujinya.  Semua hanya fokus pada Pohon Mangga dengan buahnya.  Tuan pemilik rumah pun seperti itu.  Sejak saat itu Rumpun Melati sering berbincang dengan serasah daun mangga.  Ia tak kesepian lagi. 

"Sakitkah?" Tanya Rumpun Melati di suatu sore yang lembab pada serasah daun mangga yang mulai membusuk.

"Bagaimana putri?" Bisik serasah daun mangga pelan.  Tenaganya mulai berkurang. Proses dekomposisinya hampir sempurna.

"Sakitkah jatuh ke tanah dan membusuk?" Tanya Rumpun Melati. Kali ini lebih kencang.

"Oh itu? Tentu saja sakit. Bayangkan saja tubuhmu dicabik-cabik waktu," serasah daun mangga menjawab lemah. 

Rumpun melati meringis, memandang serasah daun mangga dengan iba.  Tak terasa air matanya berjatuhan menimpa serasah daun mangga.

"Terima kasih putri, kau menyempurnakan prosesku," serasah daun mangga berbisik lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun