"Selamat pagi," sapa serasah daun mangga dengan senyum manis pada Rumpun Melati. Â Rumpun Melati yang disapa pura-pura tak mendengar, ia malah menggerakan daun-daunnya sehingga sisa-sisa embun pagi berjatuhan dan mengenai serasah daun-daun mangga.
"Auw..auw."
"Hi hi hi."
"Geli , hi hi hi," serasah daun mangga berteriak kegirangan kejatuhan tetesan embun dari daun-daun Rumpun Melati. Â Rumpun Melati keheranan. Matanya melotot sehingga bunga-bunganya semakin membesar dan bersinar. Ia semakin mengencangkan gerakan daun-daunnya yang berakibat embun-embun air semakin banyak yang menjatuhi serasah daun mangga.
"H..hi ..hi..terima kasih..terima kasih putri cantik...terima kasih," teriak serasah daun mangga menambah keheranan Rumpun Melati. Â Gerakannya pun terhenti.
"Mengapa kamu malah senang?" Rumpun Melati bertanya dengan wajah cemberut. Â Ia tak mengerti cemberutnya membuat daun daunnya mengkilat.
"Selamat pagi putri cantik, terima kasih ya," serasah daun mangga mengulang kembali sapanya.
"Selamat pagi," kali ini Rumpun Melati menjawab.
"Mengapa kamu bahagia terkena embun dari daunku?" Tanya Rumpun Melati sekali lagi.
"Aku bahagia putri, terkena embun sungguh menyegarkan."
"Di dekat pohon mangga kami harus berbagi embun, kadang-kadang kami tak kebagian," ujarnya lagi.