Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Luka Apa Yang Paling Sakit Rasanya?

13 Agustus 2025   20:35 Diperbarui: 13 Agustus 2025   20:35 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi 

Kadang, luka paling dalam bukan datang dari musuh, tetapi dari orang yang pernah kita anggap sahabat sejati. Luka itu bukan sekadar melukai hati, tapi juga mencengkeram jiwa, menekan seperti batu besar yang beratnya tak tertanggungkan.

Itulah yang saya alami bertahun tahun lalu. Sahabat dekat yang saya percaya sepenuh hati, justru mengkhianati dan membuat saya tersiksa selama dua tahun. Setiap hari saya membawa rasa marah, kecewa, dan kebencian yang diam.diam menggerogoti hidup saya.

Hingga pada suatu sore, kejadian tak terduga mengetuk pintu rumah. Istri saya memberi tahu bahwa ada tamu yang ingin bertemu. Saat kami turun ke ruang tamu, saya melihatnya ,sahabat itu dengan raut wajah yang saya kenal, namun kali ini penuh penyesalan. Dengan suara pelan, ia berkata, "Saya datang untuk meminta maaf."

Saat itu saya dihadapkan pada pilihan sederhana namun berat: "Take it or leave it." Jika saya menolak memaafkan, mungkin seumur hidup hati ini akan terisi dendam. Tetapi jika saya menerima permintaan maafnya, saya harus rela melepas semua kemarahan yang sudah saya pelihara sekian lama.

Saya bersyukur, Tuhan memberi kekuatan untuk memilih memaafkan. Dan ternyata, begitu kata "Saya maafkan" terucap dari bibir saya, sebuah keajaiban terjadi

Batu besar yang selama ini menghimpit hati saya seolah terangkat. Ada rasa damai yang tak bisa saya gambarkan dengan kata-kata.

Sejak hari itu, saya bisa makan dengan nikmat, tidur nyenyak, dan setiap pagi, yang pertama saya lakukan adalah mengucap syukur. Hidup tanpa dendam dan kebencian benar-benar menghadirkan sukacita yang tidak ternilai.

Tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman pribadi, dengan harapan dapat menginspirasi siapa pun yang mungkin masih memelihara dendam dalam hati. Saya tahu, memaafkan tidaklah mudah, bahkan kadang terasa mustahil. Tetapi percayalah, inilah satu-satunya jalan untuk membebaskan jiwa dari belenggu kebencian.

Kebencian yang dibalas dengan kebencian hanya akan melahirkan kebencian yang lebih dalam. Seperti kata sebuah peribahasa:

"Hatred cannot be ended by hatred, but only by love."
(Kebencian tidak akan pernah berakhir oleh kebencian, melainkan oleh kasih.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun