Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tata Krama Rayakan Imlek Menurut Tradisi Tionghoa Padang

21 Januari 2023   19:10 Diperbarui: 21 Januari 2023   21:06 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Shutterstock

Sama sama Keturunan Tionghoa  ,Tapi Tradisi Tidak Persis Sama

Saya terlahir dalam keluarga besar keturunan Tionghoa di Padang, Sumatera Barat. Menurut Akta Kelahiran  ,saya dilahirkan pada pukul 02..00 subuh waktu Dai Nippon tahoen 1943.

 Jadi sebelum Indonesia merdeka,saya sudah lahir ,tapi tetap saja membawa " Personal branded " sebagai orang Tionghoa. 

Sebagai orang Tionghoa,apapun agama yang dianutnya,tetapi saja melestarikan tradisi nenek moyang ,khususnya merayakan Tahun Baru Imlek . Sehari sebelum hari H nya,yakni pada hari ini , Sabtu tanggal 21 Januari,2023 ,dinamakan Tahun Baru kecik (Kecik = kecil) Tengah malam nanti ,semua orang Tionghoa tidak boleh tidur,karena harus melakukan ritual Sembahyang Tuhan .  Kata :"sembahyang " ini memang sempat menyebabkan pro dan kontra,karena ada yang mengartikannya sebagai :"Menyembah Dewa" .Tetapi hanya sesaat dan kemudian,karena tidak ada istilah pengganti yang lebih tepat,maka kata :"Sembahyang Tuhan" terap di lestarikan.

Jauh hari sebelum  acara Sembahyang Tuhan, bagi orang Tionghoa yang memang berniat untuk Sembahyang Tuhan,sudah mempersiapkan diri, antara lain dana yang dibutuhkan untuk sembahyang . Bagi yang ekonominya pas pasan,maka Sembahyang Tuhan dilakukan secara sangat sederhana. Yakni , 2 batang tebu yang diikat pada kiri kanan meja Sembahyang. Kemudian tebu yang sudah dibersihkan kulitnya dan dipotong potong,serta disusun di atas meja .

Masih  ada jeruk Bali atau bagi yang tidak mampu,boleh diganti dengan buah Srikaya Dan tentunya aneka ragam kue kue,khusus untuk Imlek dengan warna khas :"merah:" pertanda sukacita dan syukur.

Syarat syarat yang harus di penuhi :

Tebu harus di cabut bersama akarnya dan  lengkap dengan daunnya.  Karena itu ,tebu yang dijual di pasar,tidak ada yang mau beli, Pembeli sudah memesan tebu dan jeruk ataupun buah Srikarya ,sebulan atau dua bulan sebelumnya dengan meninggalkan uang panjar. Saya tahu persis,karena saya salah satu satunya penjual tebu dan jeruk Bali di daerah Pondok dan sekitarnya.  Setiap pesanan,saya tandai dengan secarik kain merah yang diberikan nama.  Sejak pagi hari di Tahun Baru Kecil. Para pembeli datang kerumah orang tua kami di jalan Kali Kecil daerah Pulau Karam di kota Padang.

Didepan mereka saya panjat pohon jeruk   Bali ,yang ada 3 batang tumbuh dan berbuah. Saya petik bersama tangkai dan dannnya dan diserahkan kepada Pembeli. Kemudian didepan mata mereka,saya mulai menggali tebu ,karena harus bersama akar akarnya. 

Kalau akarnya terputus,maka Pembeli berhak menolak dan minta ganti yang lain.  Setelah berhasil di gali, pohon tebu tidak boleh sampai rebah di tanah,tetap harus dipegang .Ada satu hal lagi yang tidak boleh diabaikan,yakni saat membeli tebu ataupun jeruk serta buah Srikaya, tidak boleh ditawar tawar. Tetapi di pihak penjual,juga tidak berarti boleh menaikan harga semaunya,karena tidak akan menjadi berkat untuk keluarga

Pesan moral dari aturan ini adalah bahwa :"Persembahan untuk Tuhan,tidak boleh dilangkahi oleh siapapun dan tidak boleh tergeletak ditanah. . Persembahan harus diberikan secara tulus ikhlas,sehingga kalau ada tawar menawar,berarti yang mau sembahyang ,itung itungan saat mempersiapkan Sembahyang Tuhan,maka percumalah  semuanya.

Bagi yang ekonomi mapan atau sudah punya niat,misalnya bila dapat anak atau bila sembuh dari sakit,maka mereka memenuhi nazar dengan mempersembahkan satu ekor kambing dan satu ekor babi . Yang dipanggang secara utuh dan usai sembahyang dibagikan kepada seluruh tetangga,baik yang merayakan,maupun tidak 

Namun, sebagai Penjual,juga ada tata kramanya,yakni ,tidak boleh menjual dengan harga terlalu mahal,karena tidak akan  menjadi berkat bagi keluarga
Keluarga Bergadang

Pada hari "Tahun Baru Kecil'.tidak boleh ada yang menyapu rumah,karena menurut tradisi,akan tersapu semua rejeki. Kemudian seluruh anak mantu cucu, tidak boleh tidur pada malam itu,dalam upaya mendoakan kedua orang tua,agar berusia panjang.

Tahun Baru Kecil ini,merupakan kesempatan emas bagi seluruh anggota keluarga,baik yang masih tinggal satu atap,maupun yang sudah berkeluarga dan memiliki rumah sendiri untuk datang dan berkumpul bersama sama. Makan malam bersama dan sekaligus saling memaafkan, antar sesama anggota keluarga, menyongsong Tahun Baru Imlek.

Momentum ini ,kini sudah tinggal kenangan indah dan cukup untuk dirindukan dilubuk hati terdalam.Karena situasi dan kondisi sudah tidak lagi mengizinkan,Seperti misalnya dalam keluarga kami,anak anak sudah tinggal berpencar,dengan jarak tempuh 6 jam penerbangan

Cara Memberi Hormat 

Anak anak memberi hormat kepada orang tua atau orang yang dituakan dengan "soja" yakni ,kedua belah tangan didepan dada dan membuat gerakan menghormat. Bagi pengantin baru,tidak cukup dengan soja,tapi harus berlutut didepan orang tua. 

Tatakrama memberi Angpau

  • Jumlah Angpau tidak boleh ganjil
    angka ganjil untuk ikut berduka cita
    tidak memberi angpau dengan nilai 4
    karena angka 4 dianggap membawa sial/kematian
    angka yang terbaik adalah 8
    atau boleh juga nilai yang genap
    wajib diberikan dalam bungkusan berwarna merah (ang - merah/pao- bungkusan)

Hati hati memaknai arti SHIO

Semua orang sudah tahu,bahwa tahun baru Imlek 2023 ini adalah Tahun Kelinci air. Yang menurut ramalan,tahun ini akan mendapatkan kelimpahan rezeki,sedangkan shio lainnya,termasuk Shio Kambing,akan mendapatkan rezeki secukupnya. Jangan sampai termakan oleh ramalan. Karena apa yang diyakini,secara tanpa sadar akan menjadi doa kita. Jangan sampai terjerumus kedalam euforia, karena kebetulan SHIO Kelinci air,karena pada prinsipnya,tidak ada kesuksesan yang didapat secara cuma cuma

Catatan Tambahan:

Tulisan ini adalah gambaran ,tempo doeloe.Apakah generasi mileneal masih melestarikan tradisi Imlek ini? Mari kita tanya langsung kepada mereka. Kalau dalam keluarga besar kami,hingga kini masih melestarikan tradisi imlek,khususnya dalam hal memberikan hormat kepada orang yang lebih tua.

Tulisan ini murni opini pribadi sebagai salah seorang keturunan Tionghoa. Tidak mewakili siapapun. Sehingga bila terdapat kekeliruan, maka hal tersebut merupakan kesalahan pribadi saya. Mayoritas Tionghoa Padang sama sekali tidak paham bahasa Mandarin. Sejak lahir berbicara bahasa Padang. Termasuk Penulis artikel ini. Saya hanya tahu:' Kamsia, Cuan dan Wo ai Ni,Ni ai wo"

Akhir kata , kami berdua mengucapkan:"Selamat merayakan Hari Raya Imlek 2023 bersama keluarga tercinta "

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun