Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Merangkak Dari Titik Nadir (Lanjutan)

26 September 2022   23:30 Diperbarui: 26 September 2022   23:36 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Seakan tidak sabaran menunggu datangnya  pagi, Andre entah sudah beberapa kali melihat ke jam dinding satu satunya peninggalan orang tuanya yang masih setia  mengantung di dinding. 

Tekadnya adalah untuk mencoba meminjam uang kepada Om Tedy, sepupu ayahnya almarhum yang terkenal kaya raya di kampung halamannya. 

Walaupun tatapannya nanar karena hampir tidak tidur sepanjang malam menjaga putra mereka yang sakit dan demam tinggi, tapi ia berusaha tegar dan memakai pakaian terbaiknya yang masih tersisa. Karena semua pakaian termasuk setelah jas yang dipakai dihari pernikahannya sudah lama di jadikan uang tunai di pasar loak.

Andre memeluk dan mencium puteranya yang sedang terbaring sakit dan memeluk isterinya sekalian pamitan untuk kerumah Om Tedy. Dengan setengah berlari ia akhirnya tiba di pekarangan rumah Om  Tedy. Dipencetnya bell di pagar dan tak berapa lama kemudian keluar Mbak Pembantu Rumah Tangga Om nya. Andre mohon agar ia dijinkan masuk karena ada keperluan dengan Omnya. 

Si mbak bilang "Maaf, saya tanyakan dulu ya " sambil berjalan masuk kedalam rumah. Beberapa saat kemudian kembali dan membuka pintu pagar. Andri melangkah dengan gontai. Sebelum kakinyamelangkah masuk kedalam rumah Omnya yang megah tampak  sosok orang yang dipanggil Om Tedy berjalan keluar dan berkata "Apa kabar Andre?" 

"Hmm boleh saya masuk Om?" tanya Andre karena merasa dirinya tidak sopan bila sambil berdiri minta pinjam uang. Tapi dijawab oleh orang yang dipanggil Om Tedy "Maaf ya Andre, Om lagi sibuk nih, Ada apa ?"

Karena memang tidak diberikan kesempatan untuk masuk kedalam rumah maka Andre menyampaikan "Om, anak saya sakit dan demam tinggi . Kalau boleh Andre mau pinjam uang untuk bawa anak kedokter" 

Orang yang dipanggil Om Tedy mengerutkan keningnya dan bilang "Aduh maaf ya Andre, Om lagi mau fokus untuk membangun rumah Tuhan. Om tidak punya waktu untuk ikut urusan anak sakit. Makanya kalau belum mampu jangan buru buru menikah, Akibatnya tengok anak isteri menderita "

Tenggorokannya rasa tercekik. Perasaannya remuk redam. Sudah tidak dapat pinjaman malahan ditegor mengapa berani menikah kalau belum mampu menafkahi anak isteri?

"Baiklah Om, permisi" Katanya dengan perasaan berkecamuk dalam hatinya. Hatinya serasa hancur. Tapi laki laki ini sadar bahwa meratapi nasib tidak akan mengubah apapun. Anaknya yang sakit tidak akan sembuh walaupun air mata darah keluar dari matanya. Ia bertekad untuk bekerja apapun asal mendapatkan uang guna membawa putera mereka ke dokter.

Bergegas ia menuju ke tempat perhentian bongkar muat barang barang hasil perkebunan yang dibawa dari kampung dan dijual di kota. Andre menghadap ke Mandor yang sekaligus menjadi Kepala Buruh Bongkar Muat disana. "Horas Bang. boleh saya ikut bekerja disini?"

Orang yang dipanggil Bang menoleh dan memandangi tubuh Andri dari ujung rambutnya hingga ketelapak kakinya. Dan bertanya "Kau serius nih Aseng? Coba kau angkat kopi dalam karung itu" Dan Andre bergerak cepat mengangkat karung berisi biji  kopi yang beratnya 70 -80 kilogram dan memikul di bahunya. "Langsung kau bawa kedalam gudang Aseng" perintah orang yang dipanggil Abang. Dan Andre mematuhi perintah si Boss.

Usai meletakan di dalam gudang Andre kembali naik ke atas atas bus dan menurunkan karung berisi kopi yang lainnya dan membawa kembali ke gudang. Kemudian menghadap orang yang dipanggil Abang dan bertanya:"Boleh ya Bang,saya ikut kerja disini"

"Kuat juga kau ya Aseng, Ya boleh boleh T api kau tahu kalau jatuh atau sakit itu urusan masing masing. Tidak masuk kerja tidak ada uang, mengerti kau Aseng?" 

"Paham Bang" Jawab Andre dengan mantap. Maka hari itu resmi Andre ikut menjadi Kuli bongkar muat barang yang datang dari Batusangkar dan berbagai kota lainnya 

Pulang Membawa Upah Bongkar Muat

Sore harinya, Bos membagikan upah berdasarkan banyaknya mereka kerja bongkar muat barang barang dari berbagai kota di Sumatera Barat termasuk dari Kerinci. Saking hatinya berbunga bunga tulang belulangnya yang serasa mau remuk tidak lagi dirasakannya. Setengah berlari ia menuju ke gubuknya.

Isterinya berlari menyongsong dan menyaksikan wajah suaminya cerah ia bertanya "Dapat pinjaman pa ?"

Dan Andre menjawab "Kita lupakan saja soal pinjaman. Ini ada uang hasil kerja papa. Cukup untuk bawa anak kita ke dokter" Dan ia bergegas untuk mandi dan ganti pakaian, untuk membawa putera mereka ke dokter.

Dikeluarkannya sepeda onthel satu satunya yang belum dijualnya karena dibutukan untuk transporyuh tasi membawa anak isterinya Sambil memangku anak mereka,A ndre mulai mengayuh sepedanya menuju ke tempat praktik dokter

(bersambung)

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun