Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

1 Tahun Prabowo-Gibran, yang Lalu Kita Memilih, Hari Ini Kita Menilai!

15 Oktober 2025   17:41 Diperbarui: 15 Oktober 2025   17:41 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Prabowo-Gibran (harianjogja.com/Abdul Hamied Razak)

Tak terasa, sudah hampir setahun sejak rakyat Indonesia menaruh harap di bilik suara. Waktu berjalan cepat, seperti anak kecil yang baru kemarin belajar bicara, tahu-tahu sudah pandai berdebat soal calon presiden di rumah.

Tanggal 20 Oktober 2024 terasa baru kemarin. Saat itu, layar televisi menayangkan wajah dua sosok yang kontras tapi saling melengkapi, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Yang satu, seorang jenderal senior, penuh pengalaman, berwibawa dan kadang temperamental.

Yang satu lagi, anak muda, tenang, kalem, dengan gaya bicara khas milenial.

Kini, hampir setahun sudah mereka memimpin negeri ini. Dan seperti biasa, rakyat mulai bertanya dengan nada khas warung kopi,

"Udah setahun nih, apa yang berubah?

Beras masih segitu, bensin malah naik. Tapi katanya makan gratis, beneran gratis gak sih?"

Kalimat seperti ini mungkin terdengar sederhana, tapi justru di sanalah inti dari evaluasi pemerintahan sesungguhnya, bukan seberapa banyak konferensi pers diadakan, tapi seberapa besar perubahan yang benar-benar terasa di meja makan rakyat.

Satu tahun pemerintahan Prabowo--Gibran diwarnai stabilitas politik, program makan gratis, dan harapan rakyat akan perubahan nyata dalam kehidupan sehari-hari. - Tiyarman Gulo

Dua Gaya, Satu Kepemimpinan

Prabowo--Gibran adalah duet yang unik. Tak banyak negara punya pasangan pemimpin dengan jarak usia hampir empat dekade, tapi tetap tampak kompak di depan publik.

Prabowo membawa wibawa dan ketegasan seorang prajurit tua, sementara Gibran membawa citra muda, digital, dan gaya komunikasi yang lebih luwes.

Bagi sebagian orang, pasangan ini seperti eksperimen politik antara masa lalu dan masa depan.

Yang satu punya ingatan panjang tentang sejarah dan strategi, yang satu punya intuisi tentang zaman dan teknologi.

Apakah kombinasi ini berhasil? Jawabannya tergantung dari sisi mana kita melihat.

Di satu sisi, pemerintahan ini terlihat stabil secara politik. Dukungan parlemen besar, hampir tak ada konflik frontal antar partai.

Di sisi lain, sebagian publik merasa pemerintah berjalan terlalu tenang, bahkan sepi kritik karena hampir semua pihak ada di dalam barisan.

Namun, stabilitas ini juga punya sisi positif. Dalam satu tahun pertama, pemerintahan Prabowo--Gibran bisa melaksanakan beberapa program prioritas tanpa terlalu banyak drama politik.

Makan Bergizi Gratis, Janji Kampanye yang Paling Nyata

Kalau ditanya program apa yang paling "terasa" dari tahun pertama pemerintahan ini, banyak orang akan menyebut satu hal, Makan Bergizi Gratis (MBG).

Program ini sempat jadi bahan guyonan di awal. Ada yang menganggapnya mustahil, ada yang menyebutnya hanya gimmick kampanye.

Namun perlahan, satu per satu sekolah dasar mulai melaporkan pelaksanaan program makan gratis, meski belum merata ke seluruh Indonesia.

Anak-anak di beberapa daerah mulai menikmati menu sederhana, nasi, telur, sayur, dan buah potong.

Bagi sebagian keluarga kecil, program ini terasa nyata. Bukan karena porsinya besar, tapi karena mengurangi sedikit beban pengeluaran rumah tangga.

Seorang ibu di Bekasi pernah bilang,

"Lumayan, tiap hari anak saya dapat makan dari sekolah. Saya bisa hemat sedikit buat uang belanja."

Tentu, program ini masih jauh dari sempurna.

Belum semua sekolah merasakan manfaatnya, beberapa daerah mengeluh soal distribusi bahan pangan dan transparansi anggaran.

Tapi paling tidak, masyarakat mulai melihat janji kampanye yang berubah jadi tindakan nyata.

Ekonomi, Di Antara Harga yang Naik dan Janji Stabilitas

Kenaikan harga bahan pokok masih jadi keluhan utama masyarakat.

Beras, minyak, telur, bahkan cabai kadang naik seperti saham startup, cepat dan tak terduga.

Pemerintah menyebut inflasi relatif terkendali di bawah 3%, tapi bagi rakyat kecil, angka statistik tak banyak berarti.

Yang mereka rasakan adalah uang 100 ribu makin cepat habis.

Namun di sisi lain, ekonomi nasional masih tumbuh sekitar 5%, dan investasi asing mulai masuk kembali.

Kebijakan hilirisasi tetap dilanjutkan dari era sebelumnya, dan sektor pertahanan mulai dibuka untuk kemitraan industri lokal.

Pemerintah juga gencar membangun lumbung pangan, pabrik pupuk, dan sistem logistik nasional, sebagai langkah menuju kemandirian pangan.

Masalahnya, semua itu masih seperti pondasi rumah baru, kokoh di gambar, tapi belum semua bisa kita tinggali.

Program besar butuh waktu. Tapi rakyat selalu hidup di hari ini, bukan besok.

Pendidikan & Lapangan Kerja, Harapan untuk Generasi Gibran

Di sektor pendidikan, langkah digitalisasi dan pemerataan kualitas masih jadi tantangan besar.

Program beasiswa vokasi dan pelatihan digital mulai diperluas, tapi realisasi lapangan kerja belum sebanding.

Lulusan muda masih banyak yang bingung harus bekerja di mana.

Gibran, dengan citra "anak muda tech-savvy", sering bicara tentang inovasi, AI, dan startup.

Namun bagi sebagian pemuda di pelosok, itu terdengar seperti mimpi jauh.

Mereka masih sibuk mencari cara agar bisa bayar kos bulan depan.

Di sisi lain, pemerintahan ini juga mendorong ekonomi kreatif dan UMKM digital.

Marketplace lokal mulai dirangkul, dan pelaku usaha kecil mendapat pelatihan manajemen online.

Hal ini penting, karena tulang punggung ekonomi Indonesia bukan konglomerat, melainkan ibu-ibu penjual jajanan, nelayan, petani, dan pedagang kecil di pasar.

Pangan dan Pertanian, Dari Sawah ke Meja Makan

Prabowo sering bicara tentang kedaulatan pangan. Ia ingin Indonesia kuat, tak bergantung pada impor.

Maka, tak heran sektor pertanian mendapat perhatian besar di tahun pertama.

Mulai dari subsidi pupuk, pembangunan irigasi, hingga distribusi bibit unggul.

Namun, petani masih sering mengeluh soal harga gabah dan keterlambatan bantuan.

Sementara itu, lahan pertanian terus berkurang karena alih fungsi lahan.

Di beberapa wilayah, cuaca ekstrem membuat panen gagal.

Program besar seperti food estate masih berjalan, tapi banyak yang menilai hasilnya belum signifikan.

Yang diharapkan rakyat sederhana saja,

"Harga pupuk jangan naik, hasil panen jangan anjlok."

Karena dari sawah itulah banyak kehidupan bergantung, bukan hanya petani, tapi seluruh rantai ekonomi desa.

Pertahanan dan Politik Luar Negeri

Sebagai mantan Menteri Pertahanan, Prabowo melanjutkan fokusnya di bidang ini.

Indonesia kini aktif menjalin kerja sama dengan berbagai negara, dari BRICS hingga ASEAN.

Militer diperkuat, alutsista diperbarui, dan industri pertahanan lokal mulai tumbuh.

Namun, publik juga berharap agar isu pertahanan tidak mendominasi anggaran hingga mengorbankan kebutuhan dasar masyarakat.

Kedaulatan bangsa memang penting, tapi kedaulatan perut rakyat juga tidak kalah genting.

Kritik dan Tantangan

Tak ada pemerintahan yang sempurna.

Dalam satu tahun ini, kritik muncul soal utang negara yang meningkat, defisit fiskal, dan subsidi yang belum tepat sasaran.

Sebagian orang menilai komunikasi pemerintah terlalu kaku, kurang terbuka terhadap kritik.

Sebagian lain melihat pemerintahan ini masih terlalu bergantung pada "citra", bukan substansi.

Tapi, perlu diingat, membangun bangsa bukan seperti mengganti baju, hasilnya tidak bisa instan.

Yang perlu dijaga adalah kejujuran dalam menyampaikan apa yang sudah dan belum berhasil.

Suara dari Lapangan

Di luar angka dan grafik, ada suara rakyat yang pelan tapi jujur.

Seorang sopir ojek online bilang,

"Saya gak butuh janji besar, yang penting bensin gak naik terus."

Seorang ibu rumah tangga berbisik,

"Anak saya sekarang dapat makan di sekolah, ya lumayanlah. Tapi harga gas jangan ikut-ikutan naik."

Sementara seorang mahasiswa berkata,

"Kami ingin percaya, tapi tolong jangan anggap kami cuma penonton."

Kalimat-kalimat sederhana ini mungkin tidak viral, tapi justru di sanalah letak realitas sesungguhnya.

Rakyat tidak menuntut kesempurnaan, hanya konsistensi dan kepedulian.

Harapan untuk Tahun Kedua

Satu tahun pertama bisa dibilang masa adaptasi, antara visi besar dan kenyataan lapangan.

Tahun kedua harus jadi masa pembuktian.

Rakyat sudah memberi waktu dan kepercayaan. Sekarang giliran pemerintah menunjukkan hasil yang benar-benar terasa di dapur, di sekolah, dan di dompet rakyat.

Ada tiga hal yang paling dinanti,

  1. Efektivitas program Makan Bergizi Gratis di seluruh daerah.
  2. Stabilitas harga kebutuhan pokok dan energi.
  3. Kebijakan ekonomi yang berpihak pada rakyat kecil, bukan hanya investor besar.

Antara Realita dan Janji

Setahun pemerintahan Prabowo--Gibran memberi kita banyak pelajaran.

Bahwa perubahan tidak selalu terlihat dalam angka, tapi bisa terasa dalam suasana, apakah rakyat merasa lebih tenang, lebih yakin, dan lebih punya harapan.

Mungkin belum semua janji ditepati, tapi satu hal yang pasti, rakyat sudah mulai menilai.

Dan penilaian rakyat itu tidak bisa direkayasa, karena ia muncul dari keseharian paling sederhana, dari harga beras, dari antrean di SPBU, dari bekal anak sekolah, dari obrolan di dapur.

"Negara bukan hanya tentang siapa yang memerintah, tapi tentang bagaimana rakyatnya hidup."

Semoga tahun-tahun berikutnya bukan hanya penuh proyek besar dan pidato megah, tapi juga penuh perhatian kecil yang nyata.

Karena sering kali, justru hal-hal kecil itulah yang paling terasa, dan paling diingat.(*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun