Langit Jeddah masih pekat saat peluit panjang berbunyi. Skor akhir 0--1 terpampang di papan elektronik, sederhana, tapi menyakitkan. Beberapa pemain Timnas Indonesia menunduk lama. Di tribun, segelintir suporter yang datang dari jauh mematung dalam diam, seperti tak percaya mimpi itu berakhir secepat ini.
Mimpi yang mereka bawa dari tanah air, tentang Garuda yang bisa terbang sampai Piala Dunia, kini benar-benar hancur di tepi.
Garuda gagal ke Piala Dunia 2026 usai kalah dari Irak. Meski pahit, perjuangan Timnas Indonesia jadi pelajaran berharga untuk terbang lebih tinggi. - Tiyarman Gulo
Harapan yang Nyaris Nyata
Beberapa bulan lalu, euforia sempat membuncah di seluruh negeri. Timnas Indonesia berhasil menembus Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, pencapaian tertinggi sepanjang sejarah sepak bola nasional.
Sebuah lompatan besar untuk tim yang dulu bahkan sulit menembus fase awal.
Di warung kopi, di kampus, di perkantoran, orang-orang mulai berandai-andai,
"Gimana kalau beneran lolos, ya?"
"Bayangin aja, Indonesia main di Piala Dunia!"
Tapi mimpi kadang kejam, ia memperlihatkan betapa dekatnya kamu dengan tujuan, sebelum menutup pintu tepat di depan wajahmu.
Pertandingan Hidup dan Mati
Di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah, Minggu dini hari waktu Indonesia, skuad Garuda datang dengan satu misi sederhana, menang atau setidaknya bertahan hidup di kompetisi.
Patrick Kluivert menurunkan skuad terbaiknya, kombinasi pemain lokal dan naturalisasi yang sudah mulai padu.