Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Saat Fanatisme Politik Kalahkan Akal Sehat

10 Oktober 2025   17:19 Diperbarui: 10 Oktober 2025   14:57 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roy Suryo Tanggapi santai pelaporan mantan Presiden Joko Widodo di Polda Metro Jaya atas tuduhan ijazah palsu. (TribunJakarta.com/Elga Hikari Putra)

Puluhan orang berseragam kaus relawan, dengan wajah penuh semangat dan tangan mengepal, berdiri di depan markas besar polisi. Mereka bukan sedang demo soal harga sembako atau kasus korupsi miliaran. Mereka datang untuk satu hal, menuntut Roy Suryo segera ditetapkan sebagai tersangka.

Ya, benar. Roy Suryo, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga yang kini lebih dikenal sebagai "pakar telematika penuh kontroversi", kembali jadi sorotan. Tapi kali ini bukan karena teknologi, melainkan karena tudingannya soal ijazah Jokowi yang disebut-sebut palsu. Dan yang terjadi kemudian seperti babak baru dari drama politik yang tak kunjung tamat.

Aksi pendukung Jokowi geruduk polisi dan sindiran Roy Suryo ungkap fanatisme politik yang makin mengalahkan akal sehat publik Indonesia. - Tiyarman Gulo

Ketika Pendukung Geruduk Polisi

Kamis pagi, 9 Oktober 2025, sekelompok pendukung militan Jokowi datang ke markas kepolisian. Mereka beramai-ramai, membawa spanduk, poster, dan semangat solidaritas yang membara. Di tengah teriknya matahari, mereka menyerukan desakan agar Roy Suryo dan kawan-kawannya segera dijadikan tersangka.

Andi Azwan, Wakil Ketua Umum Jokowi Mania (Joman), tampil di depan kamera dengan keyakinan penuh. "Kami hanya ingin memberikan dukungan moral kepada pihak kepolisian," ujarnya, mencoba terdengar tenang. Tapi siapa pun yang melihat, tahu bahwa ini bukan sekadar dukungan moral. Ini simbol tekanan politik.

Andi menyebut bahwa relawan Jokowi dan relawan Prabowo-Gibran kini bersatu. Bayangkan, dua kubu yang dulu sering saling sindir kini bahu-membahu dalam satu barisan. Katanya, mereka solid. Katanya, mereka satu suara, Roy Suryo harus segera ditetapkan sebagai tersangka.

Di satu sisi, terlihat keren, semacam reuni politik setelah pilpres panas yang lalu. Tapi di sisi lain, ada aroma aneh yang menyengat, kenapa urusan hukum harus selalu diiringi arak-arakan politik?

Sindiran Menohok Roy Suryo

Sementara massa bergerak ke Mabes Polri, Roy Suryo justru muncul di layar KompasTV dengan ekspresi santai. Tanpa nada marah, ia melemparkan kalimat yang kemudian jadi viral,

"Lucu aja. Perkara sudah ditangani Polda Metro, mau apa lagi ke Mabes Polri?"

Kalimat yang sederhana tapi menggigit. Sindiran yang bukan hanya untuk para pendukung Jokowi, tapi juga untuk publik yang makin terjebak dalam euforia politik tanpa arah. Roy seolah ingin berkata, "Kalau hukum sudah berjalan, kenapa kalian masih main massa?"

Bagi sebagian orang, sindiran itu terkesan sinis. Tapi bagi yang lain, itu bentuk keheranan wajar. Karena dalam sistem hukum normal, laporan sudah cukup berjalan lewat jalur resmi, tanpa perlu diiringi barisan massa yang seolah ingin menunjukkan siapa yang paling loyal pada pemimpin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun