Seorang aktor yang wajahnya pernah mendominasi layar lebar selama puluhan tahun, membuat jutaan orang jatuh cinta hanya dengan senyum dan tatapan matanya. Sosok yang, di balik ketenarannya, justru memilih mundur ke pegunungan terpencil untuk membangun ruang bagi orang-orang muda, penuh semangat, dan ingin bercerita lewat film. Sosok itu bernama Robert Redford.
Kini, dunia harus mengucapkan selamat tinggal. Redford, ikon perfilman Amerika dan pendiri Sundance Institute, meninggal dunia pada usia 89 tahun. Ia berpulang di rumahnya di Sundance, Utah, dikelilingi keluarga yang ia cintai. Bukan hanya Hollywood, seluruh dunia merasa kehilangan, karena kepergian Redford bukan sekadar kabar duka, tapi juga penutup sebuah era emas.
Robert Redford, aktor legendaris dan pendiri Sundance, meninggal di usia 89 tahun. Dunia mengenang warisan film, aktivisme, dan dedikasinya bagi sineas muda. - Tiyarman Gulo
Kabar Duka dari Pegunungan Utah
Publisisnya, Cindi Berger, mengumumkan kabar duka pada Selasa, 16 September 2025. Tidak dijelaskan penyebab kematiannya, tapi jelas bahwa Redford telah memilih cara yang sesuai dengan hidupnya, sederhana, jauh dari hiruk pikuk, dan dekat dengan keluarga.
Sundance, kawasan yang pernah ia beli pada awal 1970-an, bukan hanya tempat tinggal, tapi juga simbol perjalanan hidupnya. Dari sana, lahir ide-ide yang mengubah wajah perfilman dunia.
Golden Boy Hollywood yang Diremehkan
Robert Redford lahir di Santa Monica, California, pada 18 Agustus 1937. Di awal kariernya, banyak yang meremehkan, menyebutnya hanya "bule pirang dari California". Tapi, waktu membuktikan sebaliknya. Dengan kharisma, pesona, dan talenta, Redford menjelma menjadi salah satu aktor terbesar sepanjang masa.
Film Butch Cassidy and the Sundance Kid (1969) membuat namanya melambung. Dipasangkan dengan Paul Newman, mereka bukan hanya duet aktor, melainkan simbol persahabatan dan chemistry abadi di layar. Empat tahun kemudian, keduanya kembali dipertemukan dalam The Sting (1973), film yang hingga kini masih dianggap salah satu karya terbaik Hollywood.
Namun, Redford tidak berhenti di peran-peran pahlawan tampan. Ia berani mendobrak citra itu dengan karakter-karakter berisiko. Dalam The Electric Horseman, ia memerankan mantan juara rodeo pemabuk. Di Indecent Proposal, ia tampil sebagai miliuner paruh baya yang memicu dilema moral. Dari sini terlihat, Redford bukan sekadar wajah rupawan, tapi aktor dengan keberanian artistik.
Menjadi Sutradara, Dari Aktor ke Panggung Oscar
Tahun 1980 menjadi titik balik. Redford memutuskan menyutradarai film Ordinary People, sebuah drama keluarga tentang duka, komunikasi, dan rekonsiliasi. Siapa sangka, film debut penyutradaraannya langsung meraih Oscar untuk Film Terbaik dan Sutradara Terbaik.
Ia mungkin tak pernah memenangkan Oscar sebagai aktor, tapi pencapaian sebagai sutradara membuktikan bahwa Redford punya bakat lebih besar daripada sekadar berakting. Ia tahu bagaimana bercerita. Ia tahu bagaimana menggali sisi emosional manusia.
Sundance Institute, Revolusi Film Independen
Bagi banyak orang, warisan terbesar Redford bukanlah film yang ia mainkan atau sutradarai, melainkan Sundance Institute dan Sundance Film Festival.
Didirikan pada awal 1980-an, Sundance lahir dari keresahan Redford, Hollywood terlalu besar, terlalu komersial, dan sering melupakan suara-suara kecil. Melalui Sundance, ia memberi ruang bagi sineas muda untuk bereksperimen, menyuarakan keresahan, dan menghadirkan film-film dengan perspektif berbeda.