Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nostalgia, Harapan, dan Warisan Abadi Sang People's Princess

29 Agustus 2025   16:58 Diperbarui: 29 Agustus 2025   16:04 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Putri Diana diabadikan saat mengenakan celana panjang motif kotak-kotak berwarna merah muda   Hasil tangkap layar Evoke

Sebuah kotak kecil yang terkubur lebih dari 30 tahun, berlapis kayu dan timah, lalu suatu hari digali dan dibuka di tengah hiruk pikuk kota London. Di dalamnya bukan harta karun emas, bukan pula dokumen rahasia negara, melainkan potongan kehidupan dari awal 1990-an, majalah, album musik, televisi saku, hingga foto seorang putri yang dicintai dunia.

Itulah yang terjadi ketika Rumah Sakit Great Ormond Street (GOSH), London, membuka kapsul waktu yang dahulu pernah disentuh langsung oleh tangan Putri Diana. Tanggal 27 Agustus 2025 menjadi saksi, bagaimana benda-benda sederhana mampu membawa kita mundur jauh ke masa lalu.

Bukan sekadar barang usang, kapsul ini seperti jendela kecil ke dunia yang pernah ada. Dunia di mana Diana masih hidup, dunia yang penuh harapan, dan dunia di mana seorang putri kerajaan memilih meninggalkan jejaknya dengan cara yang sederhana tapi sarat makna.

Kapsul waktu Putri Diana di GOSH dibuka setelah 30 tahun, berisi suvenir 90-an yang jadi simbol kenangan, harapan, dan warisan kemanusiaannya. - Tiyarman Gulo

Jejak Diana di Rumah Sakit Anak

Tahun 1991, Putri Diana menjabat sebagai Presiden Great Ormond Street Hospital, rumah sakit anak ternama di Inggris. Di masa itu, Diana sudah dikenal luas bukan hanya sebagai anggota kerajaan, melainkan sebagai sosok yang hangat, dekat dengan rakyat, dan peduli isu-isu kemanusiaan.

Sebagai bagian dari pembangunan Gedung Variety Club yang kemudian diresmikan pada 1994, dibuatlah sebuah kapsul waktu. Ide ini muncul untuk mengabadikan suasana awal dekade 90-an, apa yang sedang populer, apa yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Diana pun ikut serta menutup kapsul tersebut bersama dua anak yang kala itu hadir dari acara televisi Blue Peter.

Momen kecil itu ternyata menyimpan cerita besar. Diana seolah ingin berkata "Lihatlah, beginilah zaman kami. Simpanlah, dan biarkan generasi mendatang yang menemukannya."

Isi Kapsul

Saat kapsul dibuka, tim rumah sakit menemukan beragam benda. Beberapa sudah rusak karena lembap dan air, tetapi banyak pula yang masih utuh.

Isinya sungguh menggambarkan warna-warni budaya pop awal 90-an.

  • Album musik "Rhythm of Love" milik Kylie Minogue (1990) -- simbol era ketika musik pop sedang meledak, penuh semangat dan energi muda.

  • Televisi saku Casio -- sebuah teknologi yang pada masanya dianggap canggih. Bayangkan, menonton TV di genggaman! Sesuatu yang sekarang terasa sederhana, tapi kala itu revolusioner.

  • Paspor dan surat kabar Sunday Times yang terbit di hari kapsul dikubur -- memberikan konteks nyata apa yang sedang terjadi di dunia.

  • Foto Putri Diana sendiri -- seakan menjadi pengingat bahwa kapsul ini bukan hanya tentang benda, tapi juga tentang sosok yang menaruh perhatiannya pada masa depan.

Benda-benda ini mungkin terlihat sepele, tapi justru di situlah keindahannya. Mereka adalah potret kehidupan biasa yang ditinggalkan untuk dikenang. Seperti lembaran album foto lama di rumah, yang baru terasa berharga ketika kita melihatnya bertahun-tahun kemudian.

Kenapa Dibuka Lebih Awal?

Sebenarnya, kapsul waktu ini dirancang untuk tetap tersegel berabad-abad lamanya. Tujuannya, agar generasi yang benar-benar jauh di masa depan bisa melihat bagaimana kehidupan di tahun 1990-an.

Namun, rencana tak selalu sejalan dengan kenyataan. Saat pembangunan pusat kanker anak yang baru, pihak rumah sakit terpaksa menggali area tersebut lebih awal. Akhirnya, kapsul pun dibuka pada 2025, hanya tiga dekade sejak ditutup.

Yang menarik, tradisi serupa ternyata sudah pernah dilakukan lebih dari seabad sebelumnya. Pada 1872, Alexandra dari Denmark, yang saat itu bergelar Putri Wales sebelum menjadi Permaisuri, juga mengubur kapsul waktu di fondasi awal rumah sakit. Bedanya, kapsul dari abad ke-19 itu hingga kini belum pernah dibuka.

Perbandingan ini menghadirkan rasa misteri tersendiri. Kalau kapsul Putri Diana saja isinya sudah begitu menggugah, bisa dibayangkan betapa berharganya kapsul dari tahun 1872 yang masih tertutup rapat hingga sekarang.

Diana, Lebih dari Sekadar Putri Kerajaan

Mengapa kisah kapsul waktu ini terasa begitu istimewa? Karena nama yang melekat di dalamnya adalah Putri Diana, sosok yang hingga kini masih dijuluki "People's Princess".

Diana bukan hanya cantik, anggun, atau populer. Dia berbeda karena membawa kehangatan manusiawi dalam tubuh institusi kerajaan yang kerap dipandang dingin dan formal.

Di masa hidupnya, Diana berani terjun langsung ke isu-isu yang jarang disentuh bangsawan lain.

  • Mengedukasi masyarakat tentang AIDS di saat stigma begitu kuat.

  • Mengunjungi tunawisma dan berbicara langsung dengan mereka.

  • Mengampanyekan pelarangan ranjau darat, yang akhirnya menjadi gerakan global.

Kapsul waktu yang ia tutup di GOSH hanyalah bagian kecil dari kisah besar perjuangan kemanusiaannya. Tapi dari situ, kita bisa melihat benang merah. Diana ingin meninggalkan warisan yang bukan hanya glamor, tapi penuh makna.

Simbol Harapan yang Tertinggal

Ketika melihat benda-benda dalam kapsul itu, orang bisa saja hanya melihat barang usang. Kaset, TV kecil, surat kabar kusam. Tetapi jika kita menengok lebih dalam, itu semua adalah simbol harapan yang ditinggalkan untuk generasi berikutnya.

Benda-benda tersebut mengajarkan kita beberapa hal.

  • Bahwa setiap zaman punya ceritanya sendiri.

  • Bahwa barang sederhana bisa menyimpan emosi besar.

  • Bahwa warisan sejati bukan soal harta, melainkan jejak yang menginspirasi.

Mungkin tanpa sadar, Diana memberi pesan "Tak peduli siapa kamu, tinggalkanlah sesuatu yang bisa mengingatkan orang lain bahwa kamu pernah ada. Bahkan benda kecil pun bisa jadi kenangan besar."

Jika Kita Membuat Kapsul Waktu Hari Ini

Coba bayangkan, jika kita membuat kapsul waktu hari ini untuk dibuka 30 tahun mendatang, apa yang akan kita masukkan?

  • Mungkin sebuah smartphone yang kini jadi pusat hidup manusia.

  • Flashdisk atau hard disk berisi foto, video, dan dokumen penting.

  • Masker medis, sebagai simbol era pandemi Covid-19 yang mengubah dunia.

  • Surat pribadi, berisi harapan untuk anak cucu kita.

Kapsul waktu bukan sekadar kotak benda. Ia adalah cerita, doa, dan harapan yang kita titipkan pada masa depan. Sama seperti Diana yang menaruh sepotong kehidupannya di kotak kecil itu, kita pun bisa meninggalkan sesuatu yang bermakna.

Warisan yang Tak Terkubur

Kini, lebih dari 25 tahun sejak Diana meninggal dunia dalam kecelakaan tragis di Paris, dunia masih terus mengingatnya. Bukan hanya sebagai putri kerajaan yang cantik, melainkan sebagai simbol kemanusiaan, keberanian, dan kepedulian.

Kapsul waktu yang dibukanya di GOSH hanyalah benda kecil. Tapi ketika kotak itu dibuka, dunia seperti diingatkan kembali pada siapa Diana sebenarnya: seorang perempuan yang tulus, yang peduli, dan yang ingin meninggalkan kenangan baik bagi generasi berikutnya.

Barang-barang kecil itu, meski rapuh dan sebagian rusak, tetap menyimpan makna. Sama seperti kenangan tentang Diana, tak pernah hilang, meski waktu terus berjalan.

Diana mungkin sudah tiada, tapi kapsul waktunya mengajarkan kita satu hal penting: warisan sejati bukan tentang apa yang kita miliki, melainkan apa yang kita tinggalkan untuk orang lain.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun