Puncaknya, ia dipercaya sebagai Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran di Pilpres 2024. Dari relawan Jokowi ke tim Prabowo, langkah ini menunjukkan betapa cairnya politik Indonesia dan betapa lihainya Silfester menempatkan diri di tengah pusaran kekuasaan.
Antara Vokal, Kontroversial, dan Ambisius
Kalau ditanya seperti apa sosok Silfester, jawabannya bisa beragam tergantung siapa yang menilai.
Pendukungnya melihat ia sebagai pejuang, orang yang berani bicara lantang demi membela pemimpin yang didukungnya.
-
Pengkritiknya menilai ia terlalu keras, sering melontarkan pernyataan kontroversial yang lebih banyak memicu polemik daripada solusi.
Keduanya tidak salah. Silfester memang dikenal vokal dan berani mengambil risiko. Karakter ini yang membuatnya cepat naik di dunia politik relawan. Tapi di sisi lain, keberanian yang sama pula yang membawanya ke jerat hukum.
Kasus fitnah Jusuf Kalla adalah buktinya. Ucapan bisa jadi senjata yang melukai balik pemiliknya.
Hukum Tak Pandang Bulu
Banyak pihak menilai kasus Silfester ini sebagai contoh penting bahwa hukum seharusnya tidak mengenal siapa pelakunya. Ia bisa pengusaha, pengacara, aktivis, atau bahkan relawan politik besar sekalipun, tetap harus menghadapi konsekuensi.
Di tengah rendahnya kepercayaan publik terhadap konsistensi hukum, kasus ini jadi bahan refleksi. Apalagi, Silfester adalah figur yang sempat dekat dengan lingkaran kekuasaan. Fakta bahwa vonisnya tetap berjalan menunjukkan ada ruang bagi supremasi hukum untuk ditegakkan.
Eksekusi penahanannya sempat tertunda karena pandemi Covid-19, tapi kini tak ada lagi alasan. Semua jalur hukum sudah ditempuh, hasilnya kandas, dan Silfester harus menjalani vonis 1,5 tahun.
Pelajaran dari Kasus Silfester
Kisah ini memberi beberapa catatan penting.