Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahmad Sahroni Klarifikasi Maksud Tudingan Tolol ke Pembubar DPR

27 Agustus 2025   13:24 Diperbarui: 27 Agustus 2025   12:34 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahmad Sahroni, Wakil Ketua Komisi III DPR RI. Ucapannya tentang "orang tolol sedunia" yang dikaitkan dengan seruan pembubaran DPR, sontak menuai kritik tajam. Namun, Sahroni tak tinggal diam. Ia buru-buru klarifikasi, menegaskan bahwa ada miskomunikasi dan "penggorengan" berita. Lantas, apa sih sebenarnya maksud di balik pernyataan kontroversial itu? Mari kita bedah bareng!

Ahmad Sahroni klarifikasi "orang tolol sedunia" bukan untuk rakyat, tapi logika bubarkan DPR karena tunjangan. Tegaskan DPR penting sebagai pengawas pemerintahan. - Tiyarman Gulo

Awal Mula Gaduh "Orang Tolol Sedunia"

Beberapa waktu lalu, pernyataan Ahmad Sahroni menjadi viral dan memicu gelombang protes. Bagaimana tidak, frasa "orang tolol sedunia" yang terlontar dari mulut seorang pejabat publik, seolah-olah ditujukan kepada masyarakat yang menyuarakan tuntutan pembubaran DPR. Tentu saja ini langsung membuat telinga panas dan hati dongkol. Bukankah menyuarakan pendapat adalah hak rakyat? Apakah kini rakyat yang kritis dicap "tolol"?

Suasana pun memanas. Di media sosial, perdebatan sengit tak terhindarkan. Banyak yang merasa tersinggung dan menuntut penjelasan. Nah, di sinilah Sahroni merasa perlu untuk meluruskan duduk perkaranya.

"Bukan Rakyatnya, Tapi Logikanya!"

"Kan gue enggak pernah bilang masyarakat yang teriak bubarkan DPR itu tolol. Enggak ada bahasa gue begitu," tegas Sahroni, saat dihubungi pada Selasa (26/8/2025). 

Jelas sudah, menurut Sahroni, ada kesalahpahaman besar dalam penangkapan maksud ucapannya. Ia merasa statement-nya "digoreng" sedemikian rupa sehingga seolah-olah diarahkan langsung kepada publik.

Lalu, jika bukan masyarakatnya, siapa dong yang ia maksud? Sahroni menjelaskan bahwa ia menyoroti cara berpikir atau logika pihak-pihak yang menilai bahwa DPR bisa begitu saja dibubarkan, hanya karena persoalan sepele seperti gaji atau tunjangan anggota.

"Kalau hanya gara-gara tunjangan tidak dipahami detail, lalu DPR harus dibubarkan, ya itu enggak make sense," lanjut politisi Partai Nasdem ini. 

Menurutnya, pemikiran bahwa DPR bisa dibubarkan hanya berdasarkan hal-hal dangkal seperti tunjangan, adalah sebuah pandangan yang tidak masuk akal. Nah, frasa "orang tolol sedunia" itu, ia klaim, ditujukan pada logika berpikir yang enggak nyambung seperti itu, bukan kepada orang-orang yang menyampaikan kritik.

Mari Belajar dari Sejarah

Pernyataan Sahroni ini juga membawa kita untuk sedikit menengok ke belakang, ke sejarah politik bangsa ini. DPR, sebagai lembaga legislatif, punya peran krusial dalam sistem demokrasi. Ia bukan sekadar "kantor" para pejabat yang digaji tinggi, tapi sebuah pilar penting negara.

Sahroni sendiri memberi contoh kasus pembubaran DPR di masa lalu. Ia menyebut Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang pernah berniat membubarkan DPR tapi gagal. Sementara itu, Presiden Soekarno pernah berhasil melakukannya lewat dekrit, tapi itu terjadi karena ada konflik tajam yang fundamental antara eksekutif dan legislatif pada masanya. Ini menunjukkan bahwa pembubaran DPR itu bukan perkara mudah atau bisa dilakukan hanya karena isu tunjangan. Ada sejarah panjang dan konstitusi yang melindunginya.

"Kalau DPR dibubarkan, siapa yang mengawasi jalannya pemerintahan? Tanpa kontrol, kekuasaan presiden malah bisa tidak terkendali dan berbahaya. DPR itu hadir sebagai balancing agar republik tetap tertata," kata Sahroni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun