Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Pengusaha Teknologi Dwi Hartono Jadi Otak Pembunuhan Sadis

26 Agustus 2025   14:15 Diperbarui: 26 Agustus 2025   14:15 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengusaha Teknologi Dwi Hartono Jadi Otak Pembunuhan Sadis | guruku

Sebuah aplikasi di ponselmu. Logonya cerah, misinya mulia, mencerdaskan anak bangsa, membantu guru, dan memberdayakan UMKM. Aplikasi bernama "Guruku" ini terdengar seperti sebuah terobosan, sebuah harapan yang lahir dari pemikiran cemerlang seorang inovator. Pendirinya, Dwi Hartono, pastilah seorang visioner yang berhati mulia, bukan?

Sekarang, buang jauh-jauh bayangan itu.

Karena di balik fasad pengusaha teknologi yang sukses dan rumah mewah di kawasan elite, pria yang sama kini mendekam di sel tahanan. Namanya disebut bukan sebagai peraih penghargaan, melainkan sebagai dalang utama di balik salah satu kasus penculikan dan pembunuhan paling brutal yang mengguncang Jakarta. Ini adalah kisah tentang bagaimana seorang "guru" digital berubah menjadi monster berdarah dingin.

Bos aplikasi 'Guruku', Dwi Hartono, ditangkap sebagai dalang pembunuhan sadis Kacab BRI. Terungkap sisi gelap di balik topeng pengusaha sukses. - Tiyarman Gulo

Sabtu Malam yang Mengakhiri Semuanya

Semua topeng itu akhirnya robek pada Sabtu malam, 23 Agustus 2025. Di tengah ketenangan kota Solo, Jawa Tengah, tim dari Polda Metro Jaya bergerak senyap. Mereka tidak sedang memburu penjahat jalanan biasa. Target mereka adalah Dwi Hartono, pria yang selama ini dikenal sebagai CEO PT Digitalisasi Aplikasi Indonesia (DAI), perusahaan pengembang aplikasi "Guruku".

Penangkapan itu seolah menjadi domino pertama yang jatuh. Satu per satu, jaringannya mulai tergulung. Dua rekannya, C dan YJ, diamankan bersamanya di Solo. Sehari kemudian, giliran AA yang dibekuk di kawasan mewah Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara. Empat sekawan ini, yang dipimpin oleh Dwi Hartono, diduga kuat menjadi arsitek intelektual di balik kematian tragis Muhammad Ilham Pradipta, seorang Kepala Cabang Pembantu BRI.

Namun, otak tanpa eksekutor hanyalah sebuah rencana di atas kertas. Polisi juga bergerak cepat meringkus para "prajurit lapangan". Empat orang eksekutor, AT, RS, RAH, dan RW diciduk di lokasi berbeda. Ada yang ditangkap di Jakarta Pusat, ada pula yang dibekuk di Nusa Tenggara Timur, tepat saat ia mencoba melarikan diri melalui bandara. Penangkapan lintas provinsi ini menunjukkan betapa terorganisirnya kejahatan yang mereka rancang.

Siapakah Dwi Hartono?

Sebelum namanya menghiasi berita kriminal, Dwi Hartono adalah poster kesuksesan era digital. Ia memimpin dua perusahaan sekaligus, PT Hartono Mandiri Makmur yang bergerak di bidang software development, dan tentu saja, permata mahkotanya, PT DAI dengan aplikasi "Guruku".

Jika Anda berkendara melewati Jalan San Fransisco di kompleks perumahan elite Kota Wisata, Gunung Putri, Bogor, Anda akan melihat sebuah rumah megah dua lantai. Itulah istana milik Dwi Hartono. Rumah itu bukan sekadar tempat tinggal; ia adalah pusat kerajaannya. Di salah satu sudutnya, terpampang jelas logo "Guruku", seolah ingin menegaskan bahwa dari sinilah inovasi pendidikan itu lahir.

Aplikasi "Guruku" sendiri memiliki visi yang sangat positif. Platform ini dirancang sebagai layanan pendidikan nonformal, menyasar pelajar yang butuh bimbingan belajar, para tenaga pendidik yang ingin meningkatkan skill, hingga pelaku UMKM yang mau belajar bisnis. Sebuah ekosistem pendidikan digital yang tampak sempurna.

Namun, ada sedikit jejak misterius dari bisnisnya yang lain. Situs web bernama Warunggaib.com, yang terhubung dengan PT Hartono Mandiri Makmur, kini lenyap dari dunia maya. Sulit dilacak, seolah sengaja dihapus untuk menyembunyikan sesuatu. Apa yang ada di baliknya? Belum ada yang tahu pasti.

Seorang rekan bisnisnya, Dwi Tanto, mengaku syok berat mendengar kabar ini. Kepada wartawan, ia membenarkan bahwa Dwi Hartono memang pemilik bisnis pendidikan digital itu. Beberapa waktu sebelum penangkapan, ia sempat mampir ke rumah megah di Kota Wisata. "Saya diberitahu ART-nya, bapak lagi di luar kota," kenangnya. Siapa sangka, "luar kota" yang dimaksud adalah sebuah pelarian singkat sebelum akhirnya ditangkap polisi.

Kronologi Penculikan Maut

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun