Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Motif Tragedi Prada Lucky, Luka Menganga di Balik Seragam Loreng!

12 Agustus 2025   21:19 Diperbarui: 12 Agustus 2025   21:19 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang pemuda yang memimpikan seragam loreng. Di benaknya, menjadi prajurit adalah puncak pengabdian; jalan untuk melindungi bangsa dan membanggakan keluarga. Ia siap ditempa, siap dilatih menjadi baja. Namun, apa jadinya jika tempaan itu melampaui batas, jika disiplin berubah menjadi aniaya, dan jika akhir dari perjalanannya bukan di medan perang melawan musuh, melainkan di tangan seniornya sendiri?

Inilah kisah tragis Prada Lucky Chepril Saputra Namo. Sebuah nama yang ironisnya berarti "beruntung", namun takdirnya jauh dari itu. Ia gugur bukan karena peluru lawan, melainkan karena sebuah proses yang disebut dengan satu kata mengerikan, "pembinaan".

Tragedi Prada Lucky yang tewas di tangan 20 senior TNI atas dalih 'pembinaan'. Kasus ini mengungkap ironi kekerasan yang kini diproses hukum berat. - Tiyarman Gulo

Terungkapnya Motif yang Menikam Nalar

Setelah menjadi teka-teki, motif di balik pengeroyokan brutal terhadap Prada Lucky oleh 20 oknum TNI senior di Nusa Tenggara Timur (NTT) akhirnya terkuak. Jawabannya, yang disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana, terasa seperti sebuah pukulan telak bagi akal sehat.

"Motif, saya sudah sampaikan semuanya atas dasar pembinaan. Jadi pada kesempatan ini saya menyampaikan bahwa kegiatan ini terjadi semuanya pada dasarnya pelaksanaan pembinaan kepada prajurit," ujar Brigjen Wahyu, seperti dilansir dari Kompas.com.

Sebuah pengakuan yang jujur, namun sekaligus membuka luka yang lebih dalam. Kata "pembinaan", yang seharusnya bermakna positif untuk membentuk, mendidik, dan meningkatkan kualitas, justru menjadi tameng bagi sebuah tindakan kekerasan yang berujung maut. Visi untuk mencetak prajurit berkualitas sirna seketika, berganti dengan realita pahit. Satu nyawa melayang, dan puluhan prajurit lainnya kini berstatus tersangka.

Saat "Pembinaan" Menjadi Bumerang Mematikan

Ini bukanlah insiden tunggal yang terjadi dalam satu malam. Brigjen Wahyu menjelaskan bahwa "pembinaan" ini dilakukan terhadap beberapa personel, termasuk Prada Lucky, dalam kurun waktu yang berbeda. Fakta ini menyiratkan adanya sebuah pola, sebuah "tradisi" atau budaya salah kaprah yang mungkin sudah mengakar, yang bersembunyi di balik tembok barak.

"Tentu kita perlu mendalami beberapa hal yang nanti akan menjadi esensi pemeriksaan terhadap para tersangka. Tapi bisa saya katakan bahwa kegiatan-kegiatan pembinaan prajurit itu yang mendasari suatu hal terjadi pada masalah ini," tambahnya.

Ini adalah sebuah paradoks yang menyakitkan. Sebuah sistem yang dirancang untuk membangun pelindung negara, malah menghancurkan salah satu calon pelindungnya dari dalam. Pimpinan TNI AD sendiri dengan tegas menolak praktik biadab ini.

"Saya sampaikan bahwa pimpinan TNI Angkatan Darat tidak pernah mentolerir setiap bentuk pembinaan yang di luar kaedah-kaedah yang bermanfaat untuk operasional prajurit. Apalagi menyebabkan kerugian personel meninggal dunia," tegas Brigjen Wahyu.

Pernyataan ini adalah sebuah sinyal penting. Ada pengakuan bahwa apa yang terjadi pada Prada Lucky adalah sebuah penyimpangan absolut dari nilai-nilai keprajuritan yang sesungguhnya.

Langkah Tegas Pimpinan, 20 Prajurit di Balik Jeruji

Keseriusan TNI AD dalam mengusut tuntas tragedi ini terlihat dari langkah cepat yang diambil. Pangdam IX/Udayana, Mayjen TNI Piek Budyakto, mengonfirmasi bahwa 20 prajurit telah ditetapkan sebagai tersangka dan langsung ditahan. Yang lebih krusial, salah satu di antaranya adalah seorang perwira, yang seharusnya menjadi pengawas dan panutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun