Ada luka yang disangka sudah kering, ternyata hanya tertidur. Ada cerita yang dianggap sudah usai, ternyata hanya menunggu waktu untuk meledak. Dan pada Senin, 30 Juni 2025, sebuah "bom waktu" politik itu akhirnya diledakkan sendiri oleh Ketua Majelis Syura Partai Ummat, Amien Rais. Melalui sebuah video yang mengguncang jagat maya, ia melontarkan tuduhan yang begitu berat, begitu personal, dan begitu mengerikan, Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), adalah dalang di balik kecelakaan yang nyaris merenggut nyawa putra sulungnya, Ahmad Hanafi Rais, lima tahun silam.
Sebuah tuduhan yang membuka kembali kotak Pandora, memaksa kita untuk melihat lagi tragedi di Tol Cipali itu dengan kacamata yang sama sekali baru.
Lima tahun pasca-kecelakaan, Amien Rais tuduh Jokowi sebagai dalang di balik insiden yang menimpa putranya, Hanafi Rais, dan membeberkan plotnya. - Tiyarman Gulo
Amien Rais: Sebuah Plot Pembunuhan yang Dirancang Rapi!
Dalam video yang diunggah di kanal YouTube miliknya, Amien Rais tidak sedang beropini. Ia bercerita, dengan detail yang membuat bulu kuduk berdiri, tentang apa yang ia yakini sebagai sebuah plot pembunuhan terencana.
"Anak sulungnya, Ahmad Hanafi Rais, oleh rezim Jokowi pernah mau dibunuh dengan plotting cukup rapi," ujar Amien dengan nada tegas.
Ia kemudian membeberkan kronologi versinya. Perjalanan Hanafi dari Yogyakarta ke Jakarta pada 18 Oktober 2020 itu, menurutnya, sudah dipantau sejak awal.Â
"Sejak dari Semarang, Hanafi merasa aneh mengapa ada dua sedan yang terus membuntuti mobilnya," beber Amien. Mobil melaju cepat, mereka ikut cepat. Mobil melambat, mereka ikut melambat. Sebuah penguntitan yang dingin dan sistematis.
Puncaknya, kata Amien, terjadi di Tol Cipali. Panggung penyergapan sudah disiapkan. Dua truk besar diduga telah berkoordinasi dengan dua sedan misterius tersebut.Â
"Ada satu truk yang menyalip mobil Hanafi. Lalu, truk lainnya berada di belakang mobil putra sulung Amien tersebut," lanjutnya.
Kemudian, skenario maut itu dieksekusi. Truk di depan mengerem mendadak, memaksa mobil Alphard yang dikendarai Hanafi menabraknya. Dan dalam sepersekian detik, truk kedua dari belakang menyeruduk tanpa ampun.Â
"Dan truk yang di belakang menyeruduk menghancurkan bagian belakang mobil Hanafi," katanya.
Akibatnya fatal. Mobil Alphard itu ringsek parah, "hampir putus jadi dua bagian." Hanafi sendiri mengalami luka serius: pelipis robek, hidung retak, dan tulang punggung yang juga retak. Sebuah cedera yang dampaknya, menurut Amien, masih dirasakan putranya hingga hari ini dan belum bisa berjalan dengan normal.
Motifnya? Menurut Amien, sangat jelas.Â
"Mengapa Jokowi ingin membunuh anak saya? Supaya saya berhenti mengkritik kebijakan Jokowi yang memang harus dikritik," tuduhnya.Â
"Mungkin maksud Jokowi supaya syok dan ketakutan. Jokowi ternyata belum puas, kok Hanafi masih hidup?"
Polisi: Tragedi Hit-and-Run di Jalanan Gelap
Untuk memahami betapa menggelegarnya tuduhan Amien Rais, kita perlu memutar kembali waktu ke tahun 2020, saat insiden itu pertama kali diberitakan. Apa yang kita ketahui saat itu?
Berdasarkan laporan media dan keterangan polisi pada saat itu, insiden tersebut dicatat sebagai sebuah kecelakaan lalu lintas yang tragis dan misterius. Terjadi pada dini hari, sekitar pukul 03.00 WIB, di Tol Cipali KM 112.900, Subang, Jawa Barat.
Kabid Humas Polda Jabar saat itu, Kombes Erdi A Chaniago, menjelaskan bahwa mobil Alphard yang ditumpangi Hanafi ditabrak dari belakang. Akibatnya, mobil terdorong ke depan dan menabrak kendaraan berat di depannya. Poin kuncinya?Â
"Kedua kendaraan itu diduga meninggalkan lokasi kejadian. Identitasnya masih diselidiki," kata Kombes Erdi.
Iptu Karyana, Panit PJR Tol Cipali kala itu, menambahkan detail penting lainnya. Lokasi kejadian minim penerangan jalan. Ia juga menegaskan bahwa kendaraan yang menabrak dari belakang langsung kabur dan tak diketahui identitasnya. Saat itu, kasus ini lebih dibingkai sebagai kecelakaan hit-and-run (tabrak lari) yang parah, bukan sebuah plot yang terencana.
Dua Narasi, Satu Tragedi, dan Kabut Misteri yang Menebal
Kini, lima tahun kemudian, kita dihadapkan pada dua narasi yang saling bertabrakan.
Versi Amien Rais. Sebuah konspirasi pembunuhan terencana yang melibatkan empat kendaraan (dua sedan, dua truk) dengan dalang seorang presiden.
Versi Laporan 2020. Sebuah kecelakaan tabrak lari di jalan tol yang gelap oleh kendaraan tak dikenal.
Pertanyaan terbesar yang menggantung di udara adalah Mengapa sekarang? Mengapa Amien Rais menunggu lima tahun untuk mengungkap "plot" yang begitu detail ini? Apakah ada bukti baru yang ia temukan? Ataukah ini sebuah manuver politik yang dilancarkan pada momen tertentu?
Tuduhan ini menempatkan publik dalam posisi yang sulit. Di satu sisi, ada cerita seorang ayah yang menyaksikan penderitaan putranya dan meyakini ada kekuatan gelap di baliknya. Di sisi lain, ada catatan resmi yang melukiskan gambaran yang berbeda, meskipun sama-sama tragis.
Yang pasti, di tengah pusaran tuduhan politik ini, ada fakta yang tak terbantahkan, Ahmad Hanafi Rais adalah korban. Ia menderita luka fisik dan trauma yang mengubah hidupnya. Sementara publik dan panggung politik mungkin akan terus berdebat tentang siapa dalangnya dan apa motifnya, tragedi kemanusiaan yang menimpanya tetap menjadi inti dari semua kebisingan ini.
Kotak Pandora itu kini telah terbuka. Isinya bukan lagi sekadar berita kecelakaan, melainkan sebuah misteri yang menyeret nama-nama besar, dipenuhi tuduhan berat, dan diselimuti kabut tebal yang entah kapan akan sirna.
Bagaimana Anda melihat tuduhan yang muncul setelah lima tahun ini? Apakah ini murni upaya mencari keadilan dari seorang ayah, atau ada agenda politik tersembunyi di baliknya?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI