Financial - Kamu kini di usia 60-an, pagi-pagi menyeduh kopi hangat, duduk di beranda sambil membaca buku favorit, atau merencanakan liburan ke tempat impian yang belum pernah kamu datangi. Tapi, plot twist, bukannya bersantai, kamu masih harus bangun pagi, kerja lembur, bayar cicilan rumah, kirim uang untuk orangtua yang sakit-sakitan, dan membiayai sekolah anak yang makin mahal tiap tahun.
Kalau kamu merasa relate, selamat datang di realitas Generasi Sandwich, generasi yang hidup di tengah tekanan ekonomi dua arah, ke atas (orangtua) dan ke bawah (anak-anak). Di sinilah pertanyaan besar muncul,
Apakah masih mungkin bagi Generasi Sandwich untuk punya masa pensiun yang tenang dan layak? Atau itu cuma mimpi di siang bolong?
Generasi Sandwich terjepit beban anak & orangtua. Meski berat, pensiun tetap mungkin dengan literasi finansial, investasi, dan perencanaan matang. - Tiyarman Gulo
Siapa Itu Generasi Sandwich?
Generasi Sandwich adalah sekelompok orang usia produktif (sekitar 25--50 tahun) yang memikul beban finansial dari dua arah sekaligus,
- Anak-anak mereka yang masih butuh biaya pendidikan, makan, dan kebutuhan dasar lainnya.
- Orangtua mereka yang tidak punya dana pensiun cukup atau sedang sakit dan membutuhkan bantuan.
Istilah "sandwich" menggambarkan bagaimana mereka terjepit layaknya isian roti lapis. Bukan cuma soal uang, tapi juga energi, waktu, dan mental.
Ciri-ciri Generasi Sandwich,
- Tidak bisa menabung secara konsisten.
- Selalu merasa uang "pas-pasan".
- Jarang memikirkan pensiun karena terlalu sibuk bertahan hidup.
- Merasa bersalah saat menolak permintaan orangtua atau anak.
Fakta Pahit Soal Keuangan Generasi Ini
Menurut data BPS dan OJK, lebih dari 80% pekerja di Indonesia tidak memiliki dana pensiun atau rencana keuangan jangka panjang. Banyak juga orangtua dari generasi milenial yang,
- Tidak punya asuransi kesehatan.
- Tidak menabung sejak muda.
- Bergantung sepenuhnya pada anak-anak di masa tua.
Di sisi lain, anak-anak sekarang menghadapi,
- Biaya pendidikan yang naik hingga 10--15% per tahun.
- Standar hidup tinggi karena tekanan sosial.
- Beban psikologis dari orangtua yang berharap "anak harus sukses".
Tekanan ini membuat mimpi pensiun terasa seperti mimpi indah yang menjauh.
Apakah Pensiun Itu Masih Mungkin?
Jawabannya, MASIH MUNGKIN. Tapi... butuh strategi dan kesadaran ekstra.
Pensiun bukan hanya soal punya uang, tapi soal mindset, perencanaan, dan konsistensi. Berikut ini strategi realistis yang bisa mulai dilakukan sekarang juga,